Langsung ke konten utama

Postingan

PEMAKAMAN DI KAMPUNG KANDANG, JAGAKARSA: Jejak Bisu Tragedi Bintaro

Jagakarsa bukan hanya menyimpan cerita kehidupan, tapi juga duka kematian yang mendalam. Di sana, di salah satu blok pemakaman umum Kampung Kandang berjejer barisan nisan tanpa nama. Terbaring fragmen kelam sejarah transportasi Indonesia: korban tak dikenal Tragedi Bintaro. Gerbang tinggi bercat warna merah Tempat Pemakaman Umum Kampung Kandang seolah menyambut para peziarah. Seakan-akan membisikkan riwayat yang terpahat pada nisan-nisan di dalamnya. Di bawah rerimbunan pepohonan yang membuat teduh, hamparan ‘rumah abadi’ itu terasa senyap. Namun menyisipkan jejak haru yang tak lekang oleh waktu. Di salah satu sudut sebelah utara blok pemakaman, berderet-deret dua puluh enam makam dengan nisan tak bernama. Meski terasa sunyi, ada kisah kelam dibaliknya. Kisah tentang peristiwa kecelakaan kereta api di Bintaro, puluhan tahun yang lalu. Makam Korban Tak Dikenal di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa (Dok. Pribadi)   Tragedi Kecelakaan Kereta Api Bintaro 1987 Waktu itu pukul 7 pagi p...

TEBET KINI, DULU SUNYI, KISAH LAMA YANG TERSEMBUNYI

Siapa yang menyangka, dibalik semarak kafe dan co-working space kekinian di Tebet, tersimpan kisah mengejutkan tentang masa lalunya yang jauh dari kata “modern”. Nama kawasan Tebet yang kini ramai dan padat, mengandung kisah menarik mengenai asal-usulnya? Dari berbagai sumber dan penelusuran, nama Tebet diperkirakan berakar dari kata tabet dalam Bahasa Sunda, yang berarti rawa. Memang di masa lalu, terutama di musim hujan, wilayah Tebet kerap menjadi rawa. Gejala tersebut bahkan masih muncul pada sekitar tahun 1950an. Namun, seiring dengan perpindahan penduduk dari Senayan, suasana di Tebet pun berubah drastis. Rawa-rawa itu berganti menjadi permukiman yang kini kita kenal. Tebet: Dari Tebat, Empang, hingga Kolam Dalam kamus Bahasa Betawi, kata tebet , diartikan sebagai tebat atau empang. Perubahan bunyi dari ta menjadi te di awal kata memang sering terjadi dalam Bahasa Betawi, seperti contoh tarawe menjadi terawe. Bukan cuma itu, dalam bahasa Melayu, kita juga menemukan ka...

JALAN DESA PUTRA: Lebih dari Sekadar Aspal di Srengseng Sawah

Pernahkah Anda menggambarkan seruas jalan yang bukan cuma aspal berdebu, tapi juga saksi bisu ribuan senyum dan harapan? Di tengah riuhnya kesibukan Jakarta Selatan, persisnya di kawasan kelurahan Srengseng Sawah, tersembunyi sebuah oase: Jalan Desa Putra. Jalan Desa Putra di Srengseng Sawah Sepanjang jalan kurang lebih satu kilometer ini, Anda tak hanya menemukan deretan hunian penduduk, toko kecil, dan tempat-tempat usaha yang ramai, tapi juga merasakan denyut kehidupan yang hangat. Jalan ini adalah urat nadi, penjalin antarwarga, dan pentas keseharian hidup yang penuh cerita. Setiap langkah di jalan ini bagaikan membawa kita menyelami kisah yang berkenaan dengan sebuah nama yang jauh lebih besar dari sekadar jalan biasa. Setiap hari, banyak warga yang hilir mudik lewat sini, entah itu berangkat ke kantor, ke sekolah, atau sekadar jalan-jalan. Anak-anak asyik bermain di sekitarnya, dan keluarga sering jalan santai bareng, menciptakan suasana yang ramah dan hangat. Jadi, Jalan Des...

PEMUKIMAN UNTUK RAKYAT: Pembangunan Grogol di Era 1950an

Tahun 1950-an di Grogol? Jangan membayangkan ramainya suasana seperti sekarang ini. Dahulu, di kawasan sini ada riwayat tentang bagaimana rakyat yang bersahaja bisa punya rumah. Gimana ceritanya? Yuk, kita tilik sedikit kisah di balik pemukiman atau perumahan rakyat Grogol tahun 1950-an. Rencana Membangun Pemukiman Baru Tahukah Anda bahwa jauh sebelum Grogol di barat Jakarta, menjadi seperti sekarang, kawasan ini menyimpan kisah menarik bagaimana Jakarta menata dirinya tempo doeloe . Sewaktu itu pasca kemerdekaan Republik, di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk dan munculnya onwettige occupatie alias permukiman “liar”, pemerintah kotapraja Jakarta punya rencana besar. Pemerintah Jakarta kala itu tidak hanya ingin menertibkan penduduk yang mendiami permukiman liar, akan teapi juga membangun sebuah perkampungan baru di Grogol. Selain untuk mengatasi masalah permukiman liar, pembangunan perumahan baru tersebut juga memiliki misi yang lebih luas. Proyek tersebut juga menyediakan huni...

MENYUSURI JEJAK PONDOK PINANG: Dari Pohon Pinang hingga Perajin Furnitur Tersohor

  Jika Pondok Pinang bisa berbicara, ia pasti akan menuturkan kisah-kisah tak disangka: dari mana nama "Pinang" persisnya berasal, hingga bagaimana sebuah industri furnitur yang kesohor bisa muncul dari geliat aktivitas sederhana masyarakatnya di masa lampau. Siapa yang menyangka. Di balik riuh rendahnya kendaraan bermotor dan kondisi zaman kekinian di Pondok Pinang - salah satu kelurahan di Jakarta Selatan hari ini, tersimpan segudang kisah masa lampau. Yang boleh jadi, tak banyak warga Jakarta tahu. Kawasan yang sekarang penuh sesak dengan bangunan usaha dan perumahan ini, dulunya adalah sentra perajin furnitur yang kesohor seantero Jakarta yang tempo doeloe disebut Batavia. Kini, jejak-jejak kejayaannya hanya bisa kita telusuri dari sisa-sisanya yang masih bertahan. Asal-Usul Nama "Pondok Pinang": Antara Buah dan Kemenangan Nama Pondok Pinang itu sendiri menyimpan cerita yang unik. Ada dua versi yang beredar, keduanya sama-sama memikat. Versi pertama menye...

GEDONG TANAH: Benteng Belanda di Masjid Istiqlal

Indah serta megah. Demikian kata-kata yang bisa mewakili perasaan manakala memandang   bangunan masjid paling terkenal di pusat kota Jakarta. Masjid Istiqlal, demikianlah namanya. Dibalik keindahan serta kemegahan Masjid Istiqlal ini ada yang menarik untuk dikulik. Hal menarik apakah itu? Mungkin sebagian besar masyarakat, khususnya warga Jakarta belum ada yang tahu. Bahwa di lokasi berdirinya Masjid Istiqlal, dahulunya adalah sebuah benteng Belanda. Benteng itu diberi nama Het fort Prins Frederik atau Citadel Prins Frederik . Dan warga Jakarta tempo doeloe lebih mengenalnya dengan sebutan Gedong Tanah . Citadel Prins Frederik atau Gedong Tanah Citadel Prins Frederik, alias Benteng Prins Frederik, adalah sebuah benteng yang digagas oleh Gubernur Belanda saat itu Johannes van den Bosch. Didirikannya benteng bertujuan untuk melindungi kota Batavia dari marabahaya serbuan musuh. Terutama serbuan yang berasal melalui arah utara kota. Dari alasan demikianlah, pemerintah kolonial...

TUGU TANI DI MENTENG

Di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ada taman yang memiliki lahan segitiga. Di kelilingi oleh tiga ruas jalan utama, yakni Jalan Menteng Raya, Jalan Arief Rahman Hakim serta Jalan Kramat Kwitang. Yang menarik adalah terdapatnya patung atau monumen di tengah lahan taman tersebut. Sejatinya, monumen dan patung tersebut dinamakan Patung Pahlawan. Namun kini, khalayak umumnya menyebut monumen dan patung di Menteng Prapatan, Jakarta Pusat ini, sebagai Tugu Pak Tani atau Tugu Tani. Monumen dan Patung dibuat oleh pematung asal Uni Sovyet (Rusia) Matwei Manizer dan Otto Manizer, yang idenya berasal dari Presiden Sukarno. Dalam idenya tersebut Presiden Sukarno menginginkan sebuah patung yang dapat menyimbolkan perjuangan heroik rakyat Indonesia untuk kebebasan dan kemerdekaannya. Patung tersebut digambarkan seorang wanita Indonesia yang memegang sepiring nasi dan memberikannya sebagai bekal kepada seorang pejuang yang hendak pergi ke medan pertempuran. Patung Pahlawan di Menteng (Mimbar...