Jauh sebelum bermunculannya theme park megah
serta destinasi wisata di zaman kini. Ada sebuah gagasan cemerlang yang lahir
dari sekumpulan elit Eropa di Batavia (kini Jakarta), yaitu mendirikan kebun
binatang.
Ide Para Pencinta Satwa
Kisah ini dimulai sekitar awal tahun 1864. Sewaktu
itu, di Batavia para pecinta satwa dan zoologi berkumpul, berbagi ilmu, dan
akhirnya mencetuskan suatu perkumpulan yang dinamakan "Planten en
dierentuin te Batavia". Dari perkumpulan inilah muncul ide yang
bertekad untuk: membangun sebuah kebun binatang di jantung Batavia.
Pilihan lokasi jatuh pada sebagian lahan yang dipunyai
oleh pelukis ternama, Raden Saleh, di sisi barat Sungai Ciliwung. Tepatnya di
Cikini. Raden Saleh, yang juga punya ketertarikan pada dunia satwa, dengan
sukarela menghibahkan tanahnya tersebut. Selain itu juga beliau merupakan
anggota kehormatan dari perkumpulan tersebut. Alhasil, pada 12 Maret 1864,
impian itu menjadi kenyataan. Kebun Binatang Batavia resmi dibuka.
Berselang sepuluh tahun kemudian, pemerintah kolonial
pun mengakui keberadaan kebun binatang ini melalui surat keputusan tanggal 11
Maret 1874. Misinya tak main-main: bukan cuma memajukan studi zoologi dan
botani, tapi juga menjadi ruang publik yang menyenangkan.
Di masa-masa awal, koleksi satwanya memang belum begitu
banyak. Kebun binatang ini hanya mengandalkan sumbangan dari masyarakat. Tapi
perlahan, fasilitas mulai dibangun. Tak cuma kandang-kandang satwa, tapi juga
kantor perkumpulan pecinta flora dan fauna Hindia Belanda, taman, wahana
bermain, bahkan kolam renang.
![]() |
Pengunjung di Kebun Binatang Cikini (Star Magazine, 1941) |
Kebun Binatang Pindah Lokasi
Waktu terus berjalan, dan Cikini, daerah dimana kebun
binatang yang akrab disebut Kebun Binatang Cikini ini berlokasi, mulai padat
oleh permukiman. Kondisi ini memicu gagasan untuk memindahkan lokasi kebun
binatang.
Pada tahun 1964, dua abad setelah berdirinya Kebun
Binatang Cikini. Pemerintah Kota Jakarta pun berinisiatif merelokasi kebun
binatang ini ke wilayah yang relatif tidak padat pemukiman. Pada awalnya ada
beberapa daerah yang akan dijadikan lokasi baru kebun binatang tersebut. Tempat-tempat
yang dicalonkan tersebut adalah di Bendungan Udik, sebelah timur Jalan Sudirman
dan daerah Grogol di Jakarta Barat. Namun dari berbagai macam pertimbangan,
maka dipilihlah wilayah di selatan Jakarta, yaitu Ragunan.
Dan pada 22 Juni 1966, bertepatan dengan hari ulang
tahun Jakarta, kebun binatang baru dengan lahan seluas lebih dari 100 hektar
ini diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin. Namanya kini kita kenal sebagai Taman
Margasatwa Ragunan.
![]() |
Pintu Masuk Utama Taman Margasatwa Ragunan (Dok. Pribadi) |
Kebun binatang pada masa kini pada umumnya lebih dari
sekadar tempat rekreasi. Di tempat tersebut dapat dijadikan sebagai pusat
pendidikan yang mengajarkan keanekaragaman hayati dan pentingnya konservasi. Selain
itu, mereka berperan vital dalam konservasi alam melalui program pembiakan
satwa langka dan fasilitas karantina untuk menjaga kesehatan koleksi satwa.
Dari Cikini yang padat hingga Ragunan yang asri,
perjalanan kebun binatang Jakarta ini menyimpan banyak cerita. Tak hanya
tentang satwa, tapi juga tentang perkembangan kota dan semangat untuk
melestarikan alam.
Komentar
Posting Komentar