Tahun 1950-an di Grogol? Jangan
membayangkan ramainya suasana seperti sekarang ini. Dahulu, di kawasan sini ada
riwayat tentang bagaimana rakyat yang bersahaja bisa punya rumah. Gimana
ceritanya? Yuk, kita tilik sedikit kisah di balik pemukiman atau perumahan
rakyat Grogol tahun 1950-an.
Rencana Membangun Pemukiman
Baru
Tahukah Anda bahwa jauh
sebelum Grogol di barat Jakarta, menjadi seperti sekarang, kawasan ini
menyimpan kisah menarik bagaimana Jakarta menata dirinya tempo doeloe.
Sewaktu itu pasca
kemerdekaan Republik, di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk dan munculnya
onwettige occupatie alias permukiman “liar”, pemerintah kotapraja
Jakarta punya rencana besar. Pemerintah Jakarta kala itu tidak hanya ingin
menertibkan penduduk yang mendiami permukiman liar, akan teapi juga membangun
sebuah perkampungan baru di Grogol.
Selain untuk mengatasi
masalah permukiman liar, pembangunan perumahan baru tersebut juga memiliki misi
yang lebih luas. Proyek tersebut juga menyediakan hunian layak bagi para
pegawai negeri maupun swasta.
Dengan demikian, diharapkan
tercipta sebuah lingkungan yang lebih baik dan teratur, di mana setiap lapisan
masyarakatnya memiliki akses terhadap hunian yang aman, nyaman dan layak.
Sekaligus juga mengurangi ketimpangan sosial yang acapkali menjadi pemicu
masalah perkotaan.
Lebih dari Dua Ribu Rumah
Dibangun
Pada tanggal 9 Oktober 1951,
sebuah momen penting tercatat dalam sejarah pembangunan kota Jakarta. Hari itu
dalam suatu upacara, Walikota Kotapraja Jakarta saat itu, Sjamsuridjal, secara
simbolis mengayunkan cangkul pertama sebagai pertanda dimulainya pembangunan permukiman
baru di Grogol.
![]() |
Walikota Kotapraja Jakarta Sjamsuridjal Melakukan Pencangkulan Pertama Pembangunan Pemukiman Baru di Grogol 9 Oktober 1951 (Sumber: Java Bode) |
Kawasan yang dibangun untuk
permukiman baru tersebut, dahulunya mencakup area yang sekarang kita kenal
sebagai yang dibatasi oleh, Jalan Latumeten di sisi barat dan utara; Jalan Kyai
Tapa di selatan; dan Jalan Semeru Raya di baratnya.
Adapun rumah-rumah yang pertama
kali dibangun di permukiman baru itu, berdiri di daerah yang kini dibatasi oleh
Jalan Nurdin Raya di barat dan Jalan Semeru Raya di bagian barat; dan Jalan
Dokter Semeru I di utara.
![]() |
Pemukiman Baru di Grogol Tahun 1950an Dilihat dari Udara |
Tak cuma itu, fasilitas
pendukung yang lengkap juga disiapkan, mulai dari gedung untuk mendukung
industri kecil, pasar, toko, sekolah, hingga perkantoran. Pokoknya, semua
kebutuhan warga akan terpenuhi. Biar cepat ramai penghuninya, pemerintah bahkan punya
strategi jitu. Mereka berencana memindahkan para penghuni liar dari Duri dan
Petojo ke permukiman baru Grogol.
Sistem kepemilikan rumahnya
juga menarik: sewa beli. Jadi, penghuni cukup bayar uang muka 20% dari harga
rumah, sisanya bisa dicicil selama 20 tahun. Yang paling murah harganya Rp
15.000,- (ya, zaman dulu ya!) dan punya satu ruangan, satu kamar, dapur, kamar
mandi, dan WC. Karena ukurannya mungil, pada waktu itu banyak yang langsung
ambil dua rumah sekaligus. Di depan dan belakang rumah, ada pekarangan kecil
dengan luas total sekitar 10x15 meter. Selain itu ada juga yang ukurannya lebih
besar, ada yang seharga Rp 24.000,- dengan dua kamar, plus kamar makan dan
dapur khusus. Materialnya bervariasi, ada yang sebagian tembok sisanya bilik
bambu, ada juga yang sepenuhnya terbuat dari tembok.
![]() |
Salah Satu Contoh Rumah Type Besar di Pemukiman Baru Grogol (Sumber: Star Weekly) |
Grogol, yang kita kenal
sekarang sebagai pusat keramaian dan pendidikan, di waktu lampaunya adalah bagian dari pemecahan masalah besar Jakarta untuk menata kotanya. Kisah ini membuktikan bahwa setiap
sudut kota punya cerita, dan Grogol di sebelah barat Jakarta ini adalah salah satu bukti nyata bagaimana sebuah
"kota baru" lahir dari kebutuhan dan visi yang besar.
Komentar
Posting Komentar