Pernahkah Anda menggambarkan seruas jalan yang bukan cuma aspal berdebu, tapi juga saksi bisu ribuan senyum dan harapan? Di tengah riuhnya kesibukan Jakarta Selatan, persisnya di kawasan kelurahan Srengseng Sawah, tersembunyi sebuah oase: Jalan Desa Putra.
Jalan Desa Putra di
Srengseng Sawah
Sepanjang jalan kurang lebih satu kilometer ini, Anda tak hanya menemukan deretan hunian penduduk, toko kecil, dan tempat-tempat usaha yang ramai, tapi juga merasakan denyut kehidupan yang hangat. Jalan ini adalah urat nadi, penjalin antarwarga, dan pentas keseharian hidup yang penuh cerita. Setiap langkah di jalan ini bagaikan membawa kita menyelami kisah yang berkenaan dengan sebuah nama yang jauh lebih besar dari sekadar jalan biasa.
Setiap hari, banyak warga yang hilir mudik lewat sini, entah itu berangkat ke kantor, ke sekolah, atau sekadar jalan-jalan. Anak-anak asyik bermain di sekitarnya, dan keluarga sering jalan santai bareng, menciptakan suasana yang ramah dan hangat. Jadi, Jalan Desa Putra ini memang lebih dari sekadar jalan aspal; dia adalah jantung Srengseng Sawah, yang mempersatukan masyarakat dan bikin kawasan ini hidup.
Kisah Inspiratif di Balik
Nama Desa Putra: Sebuah Panti Asuhan Penyelamat Harapan
Nah, nama "Desa Putra" di jalan ini ternyata memiliki kisah yang mengharukan dan sangat inspiratif. Nama itu diambil dari sebuah lembaga sosial yang dikenal sebagai Panti Asuhan Desa Putra. Panti asuhan ini, yang letaknya di area yang lebih tenang dan asri, jadi rumah dan pengayom bagi anak-anak yang membutuhkan lingkungan aman dan penuh kasih sayang.
![]() |
Panti Asuhan Desa Putra, Srengseng Sawah (Dok. Pribadi) |
Didirikan dengan tujuan
mulia untuk membantu anak-anak muda yang rentan, Panti Asuhan Desa Putra tak
hanya menyediakan tempat tinggal. Mereka juga memberikan bantuan pendidikan,
bimbingan, bahkan mengembangkan rasa kekeluargaan yang erat. Berbagai program
juga diselenggarakan untuk membantu mereka berinteraksi sosial dan
mengembangkan diri, memastikan setiap anak tumbuh optimal secara emosional
maupun akademis.
Makanya, Jalan Desa Putra ini jadi pengingat betapa besar semangat gotong royong untuk membantu sesama, terutama anak-anak yang sangat membutuhkan, sekaligus menumbuhkan harapan untuk masa depan mereka.
Lahirnya Sebuah Harapan:
Sejarah Panti Asuhan Desa Putra
Pada 30 Juni 1947, sebuah
tonggak sejarah ditorehkan. Saat itu, sebuah rumah pengasuhan bernama
"Desa Putra" berdiri kokoh, didirikan oleh perhimpunan Katolik St.
Vincentius di Jakarta.
Meskipun didirikan oleh
lembaga Katolik, “Desa Putra” dengan tangan terbuka menerima anak laki-laki
dari berbagai golongan dan agama, yang berusia mulai dari 7 hingga 18 tahun. Pada
awalnya, panti ini didirikan untuk menampung anak-anak jalanan dan terlantar. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu, tujuan mulianya meluas.
“Desa Putra” juga menjadi
rumah bagi anak-anak yatim piatu dan mereka yang berasal dari keluarga miskin,
yang orang tuanya kesulitan membiayai pendidikan. Bahkan, panti ini juga
menawarkan tempat berlindung bagi anak-anak yang "nakal" atau sulit
dikendalikan oleh orang tua, selama mereka belum sampai berurusan dengan pihak
berwajib, memberikan mereka kesempatan kedua untuk tumbuh dan berkembang.
Panti ini dirancang untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan pakaian, namun juga memberikan dukungan emosional dan pendidikan biar anak-anak ini bisa membangun kembali hidup mereka.
Hampir satu dasawarsa setelah didirikan, ada sekitar 180 anak diayomi di "Desa Putra", dengan sepertiganya adalah yatim piatu. Lebih dari sekadar tempat tinggal, panti asuhan ini betul-betul menyiapkan anak-anak tersebut menghadapi masa depannya. Anak-anak di sini bukan hanya mendapatkan pendidikan formal, melalui Sekolah Rakyat (SR), SMP, dan SLA yang dikelola sendiri oleh Desa Putra di lingkungannya. Akan tetapi juga dibekali beragam pelajaran kejuruan. Ini semua dilakukan agar kelak mereka bisa mandiri dan tangguh dalam menghadapi kerasnya perjuangan hidup.
![]() |
Anak-anak di Desa Putra Belajar Sambil Bermain (Star Weekly, 1959) |
Di panti Desa Putra,
anak-anak tidak hanya diberikan teori di kelas, namun juga langsung diajak
praktik beragam keterampilan yang berguna untuk masa depan mereka. Di halaman
yang luas, terdapat bengkel kayu, bengkel besi, dan ruang penjilidan buku. Tempat
Dimana mereka dapat belajar sembari bekerja, mengasah kemampuan di bidang
pertukangan, pengelasan, hingga menjilid buku.
![]() |
Belajar Praktik di Bengkel Perkayuan Desa Putra (Star Weekly, 1959) |
Tak hanya itu, beberapa anak
bahkan disekolahkan ke lembaga menjahit di daerah kota. Ada perjanjian khusus:
setelah lulus, mereka akan mengabdi selama dua tahun di panti, menjahit pakaian
untuk teman-teman mereka sendiri. Ini adalah bukti nyata bagaimana Desa Putra
membekali anak-anak dengan keterampilan praktis agar kelak mereka bisa berdiri
di kaki sendiri.
Itu dia sedikit riwayat tentang asal usul nama Jalan Desa Putra di Srengseng Sawah. Sebuah jalan yang bukan cuma sekadar jalur
transportasi, tapi juga jadi cerminan dari semangat kepedulian dan harapan yang
tak pernah padam. Dari awal berdirinya panti asuhan yang menjadi inspirasi
namanya, Desa Putra adalah bukti nyata bagaimana sebuah komunitas bisa bersatu
demi masa depan yang lebih baik. Jadi, setiap kali Anda melintas di ruas jalan
ini, ingatlah, ada kisah tentang kebaikan dan masa depan yang dirajut di sana.
Komentar
Posting Komentar