TUGU TANI DI MENTENG

Di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ada taman yang memiliki lahan segitiga. Di kelilingi oleh tiga ruas jalan utama, yakni Jalan Menteng Raya, Jalan Arief Rahman Hakim serta Jalan Kramat Kwitang. Yang menarik adalah terdapatnya patung atau monumen di tengah lahan taman tersebut.

Sejatinya, monumen dan patung tersebut dinamakan Patung Pahlawan. Namun kini, khalayak umumnya menyebut monumen dan patung di Menteng Prapatan, Jakarta Pusat ini, sebagai Tugu Pak Tani atau Tugu Tani.

Monumen dan Patung dibuat oleh pematung asal Uni Sovyet (Rusia) Matwei Manizer dan Otto Manizer, yang idenya berasal dari Presiden Sukarno.

Dalam idenya tersebut Presiden Sukarno menginginkan sebuah patung yang dapat menyimbolkan perjuangan heroik rakyat Indonesia untuk kebebasan dan kemerdekaannya.

Patung tersebut digambarkan seorang wanita Indonesia yang memegang sepiring nasi dan memberikannya sebagai bekal kepada seorang pejuang yang hendak pergi ke medan pertempuran.


Patung Pahlawan di Menteng (Mimbar Indonesia, 1964)


****

Pagi sekitar jam 09.00 tanggal 24 Juni 1964. Monumen dan Patung Pahlawan diresmikan oleh Presiden Sukarno. Dalam upacara peresmian tersebut hadir pula Wakil Perdana Menteri Uni Sovyet, A.I Mikoyan serta undangan lainnya.


Presiden Sukarno Meresmikan Monumen dan Patung Pahlawan di Menteng
(Mimbar Indonesia, 1964)

Dalam rangkaian upacara peresmian Monumen dan Patung Pahlawan ini, Presiden memberikan amanat atau kata sambutannya.

Berikut adalah sambutan Presiden Sukarno:

AMANAT PJM PRESIDEN SUKARNO PADA PERESMIAN “PATUNG PAHLAWAN” DI PRAPATAN MENTENG DJAKARTA 24 DJUNI 1964

Saudara-Saudara sekalian, djuga Saudara Anastas Mikoyan,

Pada hari ini, pada saat ini kita semuanja berkumpul untuk menjaksikan peresmian daripada Monumen Pahlawan, monumen Pahlawan jang berdiri megah dibelakang saja dihadapan Saudara-Saudara sekalian.

Bahwa monument ini dinamakan monument Pahlawan, tak perlu saja uraikan lebih luas kepada Saudara-saudara sekalian. Monumen ini melukiskan dua pahlawan, pahlawan laki-laki, pahlawan wanita, lambang daripada perdjoangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan, lambang daripada perdjoangan bangsa Indonesia mengadakan satu masjarakat jang adil dan makmur, lambang daripada perdjoangan bangsa Indonesia Bersama-sama dengan bangsa-bangsa lain mendirikan satu dunia baru jang didalamnja manusia hidup bahagia, jang didalamnja tiada exploitation de l’homme par l’homme dan exploitation de nation par nation.

Apa jang dikatakan oleh Saudara Mikoyan adalah benar. Idee daripada monument ini datangnja dari saja, idee dan skets daripada monument ini datangnja dari saja. Pembuatan patungnja dan landasannja dikerdjakan oleh seniman-seniman Soviet Uni jang termasjhur, jaitu Manizer dengan putranja dan arsitek Roshin.

Saja saudara-saudara, sebagai Saudara-saudara mengetahui adalah orang pemggemar kesenian, sehingga tatkala saja mempunjai idee untuk mendirikan satu monument Pahlawan di Djakarta, sudah barang tentu pikiran saja melajang kekanan dan kekiri mentjari orang atau orang-orang jang hendak atau pandai, tjakap, bisa, dapat, dapat, merealisasikan idee jang terkandung didalam kalbu saja ini.

Dikalangan bangsa Indonesia sendiri kita mempunjai seniman-seniman ulung, seniman patung jang ulung. Saudara-saudara mengetahui bahwa monumen Selamat Datang jang berdiri dihadapan Hotel Indonesia adalah hasil karja seniman Indonesia. Saudara mengetahui bahwa monument Irian Barat jang berdiri dengan megah ditengah-tengah lapangan Banteng, adalah hasil daripada seniman Indonesia.

Tetapi buat monument Pahlawan ini, saja djuga ingin meletakan tekanan kata, bahwa perdjoangan  bangsa Indonesia itu mendapat bantuan daripada bangsa lain, oleh karena itu maka tatkala saja mentjari seniman-seniman jang harus melaksanakan, merealisasikan idee dan skets saja itu, saja melangkah luar pagar, mentjari kepada seniman-seniman lain bangsa. Dan pertama kali mata saja saja tudjukan kepada Soviet Uni, oleh karena Soviet Uni sedjak kita mengadakan perdjoangan, selalu memberi bantuan kepada bangsa Indonesia, kepada perdjoangan rakjat Indonsia.

Saja Saudara-Saudara, pernah dihadapi oleh pertanjaan seorang wartawan asing, jang bertanja kepada saja, Presiden Sukarno, kenapa Republik Indonesia bersahabat dengan Soviet Uni? Kenapa Republik Indonesia selalu menjatakan rasa sahabat, rasa perkawanan dengan Soviet Uni?

Djawaban atas pertanjaan ini saja berikan kepadanja, dan kemudian saja berikan djuga didalam satu pidato di Kremlin, waktu saja di Moskow. Di Kremlin pada saat saja mengutjapkan terima kasih saja kepada Soviet Uni, bahwa Soviet Uni selalu memberi bantuan kepada perdjoangan rakjat Indonesia, saja mengadakan bandingan didalam pidato saja itu, bandingan antara Soviet Uni, sifat dan sikapnja Soviet Uni terhadap kepada perdjoangan Indonesia, dan sifat dan sikapnja negara lain itu terhadap kepada perdjoangan rakjat Indonesia. Dengan terus terang waktu itu saja menundjuk kesatu djurusan, satu djurusan imaginair, satu djurusan jang disitu duduklah si bangsa asing atau si negeri asing jang memadjukan pertanjaan kepada saja itu, kenapa bangsa Indonesia, perdjoangan bangsa Indonssia selalu barsahabat dengan Soviet Uni. saja berkata, lihat perbedaannja. Soviet Uni selalu memberi bantuan kepada rakjat Indonesia dan perdjoangan rakjat Indonesia. Tuan selalu merintang-rintangi perdjoangan rakjat Indonesia. Soviet Uni membantu keras agar supaja Republik Indonesia mendjadi kuat, sentausa, megah. Tuan selalu mentjoba agar supaja Republik Indonesia terpetjah belah dan gugur dari muka bumi. Soviet Uni selalu memberi bantuan kepada kami bangsa Indonesia, didalam pedjoangan kami untuk menghantjur leburkan seluruh imperialism didunia ini. Tuan selalu membantu kepada element-element jang mau mempertahankan neo-kolonialisme diluar Indonesia itu.

Hati Soviet Uni Bersama-sama dengan hati rakjat Indonesia. Hati tuan-tuan bahkan bertentangan dengan hati rakjat Indonesia. Apakah aneh, apakah pantas dipersalahkan, jikalau kami bersahabat dengan Soviet Uni?

Apakah jang dinamakan perdjoangan? Jang dinamakan perdjoangan ialah, menjusun kekuatan untuk menghantjurkan musuh. Itu jang dinamakan perdjoangan. Maka oleh karena itu tiap-tiap perdjoangan mentjari sahabat. Tiap-tiap perdjoangan berusaha untuk menghimpun segenap tenaga sendiri dan tenaga-tenaganja sahabat jang membantu kepada kami. Itu adalah perdjoangan.

Oleh karena itu kami bangsa Indonesia bukan sadja menghimpun kekuatan kami sendiri, tetapi berusha keras untuk mempersatukan semua tenaga-tenaga kami dan tenaga-tenaga sahabat-sahabat jang membantu kepada kami itu. Bukan sadja di Asia, bukan sadja di Afrika, bukan sadja di Latin Amerika, tetapi diseluruh muka bumi djuga.

Oleh karena itulah bangsa Indonesia selalu bekerdja keras untuk mengadakan persatuan Asia. Oleh karena itulah bangsa Indonesia selalu bekerdja keras untuk mempersatukan tenaga-tenaga Asia dan Afrika. Oleh karena itulah bangsa Indonesia bekerdja keras untuk mempersatukan tenaga-tenaga progressif Asia, Afrika, Latin Amerika. Oleh karena itulah bangsa Indonesia bekerdja keras untuk menghimpun segenap tenaga New Emerging Forces untuk mengadakan dunia baru ini.

Tidak boleh dan tidak bisa, tidak pantas tuan persalahkan kepada kami, kalau kami tuan hadapi dengan combat forces, tenaga-tenaga gabungan imperialis untuk menghantjur leburkan kepada kami, sudah barang tentu kamipun hendak mengadakan pula dengan combat forces daripada semua tenaga-tenaga progressif didunia ini.

Berulang-ulang saja katakan bahwa Revolusi Indonesia ini sekadar hanjalah sebagian sadja daripada revolusi maha besar, dari revolusi jang saja katakan the universal revolution of men. Satu bagian sadja daripada satu revolusi jang meliputi seluruh ummat manusia. Revolusi untuk mendatangkan dunia baru, revolusi untuk mendatangkan kebahagiaan untuk manusia, revolusi untuk mengkikis habis tiap-tiap exploitation de l’homme par l’homme, revolusi untuk mengkikis tiap-tiap exploitation de nation par nation, revolusi untuk mengkikis habis tiap-tiap imperialism dan kolonialisme, revolusi untuk mengkikis habis tiap-tiap kapitalisme didunia ini agar supaja manusia hidup dengan Bahagia dan sedjahtera. Ini bukan barang baru, selalu kukatakan hal ini. Maka oleh karena itu Saudara-Saudara, bangsa Indonesia berdjalan terus dengan bersahabat seerat-eratnja dengan semua bangsa jang djuga mendjalankan universal revolution of men itu tadi.

Sekarang Saudara-Saudara, kita mendirikan monumen Pahlawan. Monumen Pahlawan. Tatkala saja didalam ingatan mentjiptakan monumen Pahlawan ini, barangkali Saudara ada bertanja, kenapa monument Pahlawan ini tidak melukiskan seorang djendral Indonesia, kenapa monumen Pahlawan ini tidak melukiskan seoran pemimpin Indonesia jang sedang berpidato, kenapa monument Pahlawan ini tidak melukiskan seorang apa jang dinamakan “orang besar Indonesia” jang memimpin perdjoangan Indonesia itu?!

Tidak! Tidak! Didalam tjiptaan saja Saudara-Saudara, monument ini harus melukiskan rakjat djelata, rakjat tani jang biasa, Wanita tani jang biasa, rakjat buruh jang biasa, wanita buruh jang biasa.

Dilain-lain negara Saudara-Saudara, Saudara akan melihat monumen-monumen, patung-patung daripada djendral-djendral, pemimpin-pemimpin besar dan lain-lain sebagainja. Kita di Indonesia mendirikan monumen, bukan melukiskan djendral, bukan melukiskan pemimpin, bukan melukiskan pemimpin besar, tetapi melukiskan rakjat djelata. Oleh karena Revolusi Indonesia adalah Revolusi Rakjat, dan Revolusi Indonesia tidak bisa berhasil djikalau tidak rakjat mendjalankan Revolusi Indonesia itu. Ada, - sebelum dibuka monumen ini Saudara-Saudara -, sudah ada orang berkata, orang asing, hh, adalah monument bikinan Rus, bikinan Soviet, kenapa tidak bikinan sendiri. Saja tadi kan sudah berkata, kita mempunjai seniman-seniman Indonesia. Seniman-seniman Indonesia jang telah membuat monumen Irian Barat, jang telah membuat monumen Selamat Datang dan lain-lain sebagainja. Tetapi didalam monument ini aku hendak melukiskan djuga kerdja sama  daripada perdjoangan rakajat Indonesia dengan perdjoangan, dengan bantuan kerdjasama bangsa-bangsa lain didalam revolusi “the great revolution of men”. Orang sekarang sudah menuduhkan, hh, monument, tapi bikinan Rus. Aku pernah Saudara-Saudara terbang dari benua Europa ke benua Amerika. Sebelum masuk kota New York aku melihat megah berdiri dihadapan kota New York itu satu monumen, jaitu momumen Liberty, melukiskan wanita memegang obor. “Liberty”, sebelum kita masuk Pelabuhan New York. Ini monument liberty bikinan Amerika-kah? Siapa jang mengetjor monumen Liberty ini? Orang Amerika-kah? Tidak! Jang mengetjor, jang membuat, jang mentjiptakan monumen Liberty ini adalah orang Prantjis Saudara-Saudara.

Buat kitapun demikian Saudara-Saudara, monumen ini adalah monumen Indonesia, monumen Pahlawan Indonesia, monumen rakjat Indonesia. Tetapi tidak ada keberatan bahwa monumen ini ditjor oleh seniman dari Soviet Uni, Manizer dengan putranja; Roshin, arsitek jang membuat projek landasannja. Malahan ini jang membutuhkan kerdjasama jang erat antara Indonesia dengan lain-lain bagian daripada ummiat manusia didunia ini. Kerdjasama jang erat daripada Indonesia dengan semua tenaga-tenaga New Emerging Forces. Dan inilah tempatnja Saudara-Saudara saja mengutjapkan buat kesekian kalinja terima kasih saja kepada pihak Soviet Uni, kepada seluruh ummat manusia didunia ini jang selalu membantu dan bersimpati kepada perdjoangan rakjat Indonesia.

Kita bangsa Indonesia sekarang ini sedang menghadapi satu perdjoangan lagi jang sehebat-hebatnja . Memang satu revolusi sebetulnja tidak mempunjai journey’s end Saudara-Saudara. Revolusi jang benar-benar revolusi tidak mengenal journey’s end. Revoluisi kita adalah Revolusi jang benar-benar revolusi. Revolusi untuk mengadakan Indonesia Merdeka, revolusi untuk menadakan masjarakat adil dan Makmur di Indonesia itu, revolusi untuk mengadakan dunia baru tanpa exploitation de l’homme par l'homme. Revolusi jang sebenarnja adalah the revolution of mankind. Dan revolusi jang demikian itu berdjalan terus, setapak demi setapak, no journey's end. Artinja no journey’s end djikalau dihitung dengan hitung tahunan dan puluhan tahun. Kita telah mendjalankan revolusi untuk menundukkan kekuatan-kekuatan imperialis Belanda. Kita telah mengadakan revolusi besar, tenaga besar untuk mengembalikan Irian Barat kedalam wilajah kekuasaan Republik. Sekarang kita masuk didalam tahapan revolusi, tahapan baru untuk berusha keras untuk menghantjur leburkan dan mengganjang neo-kolonialisme Malaysia. Dan djuga didalam usaha untuk mengganjang neo-kolonialisme Malaysia ini dengan terus terang kami menghimpun semua tenaga didunia ini jang djuga anti kolonialisme, anti  imperialisme, anti neo-kolinialisme, dan ingat, kita tidak berdiri sendiri. Indonesia didalam perdjoangan mengganjang Malaysia ini mempunjai kawan puluhan, ratusan, ribuan, djuta-djutaan rakjat didunia ini. Maka oleh karena itu kami jakin, satu hari pasti akan datang jang Malaysia ini akan hantjur lebur sama sekali.

Konperensi di Tokyo dinamakan gagal, gagal didalam anggapan orang lain, tidak gagal didalam anggapan kami. Sebab sesudah konperensi di Tokyo ini Saudara-Saudara, sebagai sudah kita umumkan, sekarang kita sudah bebas sama sekali, bebas untuk melandjutkan konfrontasi terhadap kepada Malaysia itu, sampai kita bisa mentjapai segala apa jang kita maksudkan. Mari berdjalan terus, onward, ever onward, never retreat!

Sekian, moga-moga monumen Pahlawan ini diterima baik oleh seluruh rakjat Indonesia, terutama sekali didalam kalbu, perdjoangan bangsa Indonesia, bahwa perdjoangan achirnja pasti mentjapai kemenangan.

Sekian


Komentar

Postingan Populer