Langsung ke konten utama

Postingan

PEMUKIMAN UNTUK RAKYAT: Pembangunan Grogol di Era 1950an

Tahun 1950-an di Grogol? Jangan membayangkan ramainya suasana seperti sekarang ini. Dahulu, di kawasan sini ada riwayat tentang bagaimana rakyat yang bersahaja bisa punya rumah. Gimana ceritanya? Yuk, kita tilik sedikit kisah di balik pemukiman atau perumahan rakyat Grogol tahun 1950-an. Rencana Membangun Pemukiman Baru Tahukah Anda bahwa jauh sebelum Grogol di barat Jakarta, menjadi seperti sekarang, kawasan ini menyimpan kisah menarik bagaimana Jakarta menata dirinya tempo doeloe . Sewaktu itu pasca kemerdekaan Republik, di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk dan munculnya onwettige occupatie alias permukiman “liar”, pemerintah kotapraja Jakarta punya rencana besar. Pemerintah Jakarta kala itu tidak hanya ingin menertibkan penduduk yang mendiami permukiman liar, akan teapi juga membangun sebuah perkampungan baru di Grogol. Selain untuk mengatasi masalah permukiman liar, pembangunan perumahan baru tersebut juga memiliki misi yang lebih luas. Proyek tersebut juga menyediakan huni...

MENYUSURI JEJAK PONDOK PINANG: Dari Pohon Pinang hingga Perajin Furnitur Tersohor

  Jika Pondok Pinang bisa berbicara, ia pasti akan menuturkan kisah-kisah tak disangka: dari mana nama "Pinang" persisnya berasal, hingga bagaimana sebuah industri furnitur yang kesohor bisa muncul dari geliat aktivitas sederhana masyarakatnya di masa lampau. Siapa yang menyangka. Di balik riuh rendahnya kendaraan bermotor dan kondisi zaman kekinian di Pondok Pinang - salah satu kelurahan di Jakarta Selatan hari ini, tersimpan segudang kisah masa lampau. Yang boleh jadi, tak banyak warga Jakarta tahu. Kawasan yang sekarang penuh sesak dengan bangunan usaha dan perumahan ini, dulunya adalah sentra perajin furnitur yang kesohor seantero Jakarta yang tempo doeloe disebut Batavia. Kini, jejak-jejak kejayaannya hanya bisa kita telusuri dari sisa-sisanya yang masih bertahan. Asal-Usul Nama "Pondok Pinang": Antara Buah dan Kemenangan Nama Pondok Pinang itu sendiri menyimpan cerita yang unik. Ada dua versi yang beredar, keduanya sama-sama memikat. Versi pertama menye...

GEDONG TANAH: Benteng Belanda di Masjid Istiqlal

Indah serta megah. Demikian kata-kata yang bisa mewakili perasaan manakala memandang   bangunan masjid paling terkenal di pusat kota Jakarta. Masjid Istiqlal, demikianlah namanya. Dibalik keindahan serta kemegahan Masjid Istiqlal ini ada yang menarik untuk dikulik. Hal menarik apakah itu? Mungkin sebagian besar masyarakat, khususnya warga Jakarta belum ada yang tahu. Bahwa di lokasi berdirinya Masjid Istiqlal, dahulunya adalah sebuah benteng Belanda. Benteng itu diberi nama Het fort Prins Frederik atau Citadel Prins Frederik . Dan warga Jakarta tempo doeloe lebih mengenalnya dengan sebutan Gedong Tanah . Citadel Prins Frederik atau Gedong Tanah Citadel Prins Frederik, alias Benteng Prins Frederik, adalah sebuah benteng yang digagas oleh Gubernur Belanda saat itu Johannes van den Bosch. Didirikannya benteng bertujuan untuk melindungi kota Batavia dari marabahaya serbuan musuh. Terutama serbuan yang berasal melalui arah utara kota. Dari alasan demikianlah, pemerintah kolonial...

TUGU TANI DI MENTENG

Di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ada taman yang memiliki lahan segitiga. Di kelilingi oleh tiga ruas jalan utama, yakni Jalan Menteng Raya, Jalan Arief Rahman Hakim serta Jalan Kramat Kwitang. Yang menarik adalah terdapatnya patung atau monumen di tengah lahan taman tersebut. Sejatinya, monumen dan patung tersebut dinamakan Patung Pahlawan. Namun kini, khalayak umumnya menyebut monumen dan patung di Menteng Prapatan, Jakarta Pusat ini, sebagai Tugu Pak Tani atau Tugu Tani. Monumen dan Patung dibuat oleh pematung asal Uni Sovyet (Rusia) Matwei Manizer dan Otto Manizer, yang idenya berasal dari Presiden Sukarno. Dalam idenya tersebut Presiden Sukarno menginginkan sebuah patung yang dapat menyimbolkan perjuangan heroik rakyat Indonesia untuk kebebasan dan kemerdekaannya. Patung tersebut digambarkan seorang wanita Indonesia yang memegang sepiring nasi dan memberikannya sebagai bekal kepada seorang pejuang yang hendak pergi ke medan pertempuran. Patung Pahlawan di Menteng (Mimbar...

KAMPUNG PECAH KULIT: Kisah Mengerikan Di Balik Nama yang Unik

Lazimnya, nama-nama kampung atau jalan di Jakarta, diambil dari nama tumbuhan ataupun tokoh terkenal. Tersebutlah misalnya, Kebon Jeruk, Cempaka Putih, Karet, Gandaria, Kampung Rambutan, Jalan Sudirman, Gatot Subroto, TB. Simatupang dan banyak lainnya. Dari sederet nama kampung atau jalan yang umum di Jakarta tersebut. Ada salah satu kampung atau jalan yang agak unik namanya: Pecah Kulit. **** Kampung atau jalan pecah kulit, Jakarta Barat. Berlokasi di sekitar jalan Pangeran Jayakarta, kelurahan Pinangsia, kecamatan Tamansari, kurang lebih satu kilometer dari stasiun kota. Asal usul atau sebutan pecah kulit di daerah ini dikaitkan dengan cerita yang berkembang di kalangan masyarakat dari dahulu hingga saat sekarang. Cerita tersebut adalah peristiwa pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-18 yang dilakukan oleh Pieter Erberveld dan kelompoknya. Pieter Erberveld adalah seorang indo Eropa, dari keturunan tuan tanah kaya raya di Batavia.  Tidak seperti keluarga ...

JALAN PATRICE LUMUMBA DI KEMAYORAN

  Memori-memori tentang “Bung Karno”, “komunisme”, “ruang publik yang dipenuhi massa” dan “pidato bebas” adalah memori kolektif yang agaknya menghantui penguasa Orde Baru, sehingga usaha-usaha ditempuh untuk menguasai memori tersebut. Para pemimpin Orde Baru menciptakan kategori “Orde Lama” untuk menampung memori-memori kolektif yang harus dilupakan atau dihindari masyarakat (Abidin Kusno, Ruang Publik, 2009) Di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, ada seruas jalan yang menghubungkan daerah itu dengan Pasar Baru. Seperti layaknya fungsi jalan raya pada umumnya. Jalan itu bermanfaat sangat penting dalam memudahkan pergerakan orang dan barang pada kedua wilayah yang dihubungkannya. Jalan sepanjang satu setengah kilometer ini melintasi kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat, dan kini dikenal dengan nama Jalan Angkasa. Pada zaman Sukarno, Jalan Angkasa ini pernah diganti namanya menjadi Jalan Patrice Lumumba. **** Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Okto...

M BLOC: Dulu Pabrik Duit Kini Tempat Nongkrong Ngehits

Mungkin banyak kalangan masyarakat, abai terhadap bangunan kuno. Lebih-lebih lagi  bangunan tersebut merupakan sebuah pabrik yang tak digunakan lagi. Pasti yang tergambar di pikiran adalah kesan kotor, kusam, angker...bla...bla...bla... Akan tetapi, apa jadinya bila bekas bangunan pabrik disulap jadi tempat nongkrong buat kawula muda maupun tua. **** Metamofosis Peruri atau sebelumnya dikenal sebagai Percetakan Kebayoran, telah menjadi tempat nongkrong favorit bagi anak muda di Jakarta. Dulu dikenal sebagai kawasan atau komplek percetakan, baik pabrik, perkantoran, maupun tempat hunian karyawan. Kini bangunan-bangunan tersebut telah bertransformasi menjadi pusat gaya hidup yang menarik bagi generasi muda. Dengan adanya kafe, restoran, toko, dan ruang kreatif, Peruri menawarkan tempat yang nyaman untuk berkumpul, berkreasi, dan bersosialisasi bagi para pengunjung yang mencari pengalaman urban yang unik. Adalah M Bloc, ruang kreatif publik yang menjelma sebagai tempat berkumpuln...