Langsung ke konten utama

MANDOR: Dari Jejak Kata, Kampung dan Jalan di Jakarta Berbicara

Siapa yang tak mengenal kata mandor? Seseorang yang memiliki sebutan mandor ini acapkali dapat kita temukan di mana-mana. Mulai dari pengerjaan sebuah proyek pembangunan, perkebunan yang luas, hingga sibuknya aktivitas pabrik.

Tapi pernahkah Anda bertanya, dari mana asal-usul kata mandor. Dan apa hubungannya dengan nama-nama tempat atau jalan di Jakarta, yang menggunakan kata mandor?


Asal-Usul Kata "Mandor"

Ternyata, kata mandor itu bukan asli bahasa Indonesia. Kata mandor merupakan serapan dari bahasa Portugis, yaitu "mandador". Bangsa Portugis, yang dulunya punya pengaruh besar di Nusantara, membawa serta bahasanya seiring dengan perdagangan dan kolonisasi. "Mandador" dalam bahasa Portugis berarti "orang yang memberi perintah" atau "pengawas".

Kemungkinan besar, kata ini masuk ke perbendaharaan bahasa kita saat zaman penjajahan di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan berubah menjadi kata "mandor" seperti yang kita kenal sekarang.


 

Mandor dan Para Pekerja (Lukisan Johannes Rach 1778)

Mandor di Masa Kolonial

Lebih jauh ke belakang, pada masa kolonial masih berjaya. Terutama di era tanah partikelir (tanah pribadi milik tuan tanah), peran mandor jauh lebih penting dan kompleks. Bagi sikap dan pemikiran para tuan tanah, penduduk yang tinggal di tanah miliknya, baik yang ada di desa ataupun perkebunan, dianggapnya sebagai bagian dari aspek produksi. Mereka dipandang sebagai obyek yang harus menghasilkan keuntungan finansial.

Untuk mengatur hal yang demikian itu, permukiman dikelola dalam suatu tata cara kemandoran, di mana mandor menjadi kepala kampungnya. Mandor dalam sistem yang demikian ini, bukan cuma pengontrol biasa. Namun juga sebagai aparat birokrasi lokal paling bawah di tanah partikelir.

Tugas utama seorang mandor di masa lalu adalah memastikan seluruh penduduk dan penggarap lahan untuk patuh dan melaksanakan pola eksploitasi yang ditetapkan oleh tuan tanah. Mandor bertanggung jawab penuh dalam mengawasi sistem kerja yang menguntungkan bagi tuan tanah. Ini berarti, memastikan target produksi tercapai, dan semua aturan pemilik tanah partikelir dipenuhi tanpa pengecualian.

Oleh karena tugas yang berat itulah, syarat menjadi mandor pun tidaklah sembarangan. Dia harus punya sikap loyal pada tuan tanah serta memiliki kekuatan fisik. Seorang mandor mestilah seorang jawara yang disegani, karena kebolehannya untuk melakukan perintah secara tegas. Dan bilamana kondisi memungkinkan, harus melakukan tugasnya dengan kekerasan. Inilah mengapa posisi mandor bukanlah sebagai status keturunan alias dinasti. Jika ada kekosongan posisi seorang mandor, cara merekrutnya adalah mencari siapa orang yang paling "jago" saat itu.

Singkat kata, mandor adalah sosok kunci dalam sistem tanah partikelir, yang bertugas menjaga roda eksploitasi berputar demi keuntungan tuan tanah, seringkali dengan menggunakan kekerasan. Jadi, kata "mandor" yang kita pakai sehari-hari ini punya riwayat panjang dan dalam. Tidak hanya soal pengawasan pekerjaan. Namun juga tentang sejarah sosial dan kekuasaan di masa lalu.


Mandor: Dari Profesi Hingga Toponimi di Jakarta

Menariknya, kata "mandor" ini tak hanya menjadi sebutan untuk sebuah profesi, tapi juga menaruh jejaknya dalam penamaan suatu tempat alias toponim di Jakarta. Ini adalah bukti bagaimana sebuah kata bisa mengalami perubahan dan punya makna yang lebih luas dari sekadar artinya yang semula.


Peta daerah Kemandoran, Grogol Utara, Kebayoran Lama


Contohnya bisa kita temukan di kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan. Ada daerah yang dinamakan Kemandoran. Lalu, banyak juga nama jalan yang menggunakan kata "mandor", seperti:

Jalan Gg. Mandor di Sawah Besar, Jakarta Pusat

Jalan Mandor Ramin di Kembangan Utara, Jakarta Barat

Jalan Haji Mandor Salim di Srengseng, Jakarta Barat

Jalan Haji Mandor di Cilandak Barat, Jakarta Selatan

Jalan Mandor Munding di Kelurahan Setu, Jakarta Timur

Jalan Mandor Haji Samin di Kelurahan Pekayon, Jakarta Timur

Jalan Mandor Hasan di Bambu Apus, Jakarta Timur


Boleh jadi, penamaan beberapa tempat ataupun jalan itu punya hubungan kuat terhadap riwayat wilayah tersebut. Kemungkinan besarnya di sana ada perkebunan atau lahan pertanian luas yang butuh banyak mandor untuk mengawasi pekerja. Atau mungkin area tersebut pada masa dulunya adalah tempat kediaman para mandor.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA DAN ISTILAH BETAWI PINGGIR (Bagian Pertama A - G)

  Dalam rangka melafalkan tulisan dengan benar, pada daftar kata dan istilah dibawah ini, penulisannya menggunakan tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Sebagai contoh adalah huruf vokal e. Dalam huruf e disini dibedakan antara e pepet dan e taling . Pada e pepet tanpa ditandai apa-apa, sedangkan e taling ditandai dengan sebuah garis miring ke kiri ( grave ) è. Adapun contoh bentuk pelafalannya sebagai berikut: e pepet : g e rah, s e rah t e rima e taling: m è rah, ikan l è l è   A Abing                                        habis Aer                            ...

KISAH RAMBUTAN RAPI'AH

Semua penduduk Jakarta atau khususnya Jakarta Selatan pastilah mengenal yang namanya buah rambutan. Akan tetapi tahukah mereka, bahwasanya pu’un dan buah rambutan dijadikan lambang dari kota administrasi Jakarta Selatan. Kalo kagak percaya coba aja longok ke depan  gedong  kantor walikota Jakarta Selatan di jalan Prapanca Raya, Kebayoran Baru. Di depan gedung tersebut kita bisa lihat ada gambar burung nangkring  diatas buah rambutan. Menurut isi Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1422/1997, gambar burung yang terdapat pada lambang kota Jakarta Selatan itu adalah burung gelatik, sedangkan jenis rambutannya ialah rambutan rapiah. Surat Keputusan yang dikeluarkan pada tahun 1997 tersebut merupakan sebuah penetapan terhadap lambang Kota Administratif Jakarta Selatan. Lambang tersebut memiliki bentuk perisai lima. Di dalam perisai  terdapat gambar fauna dan flora khas dari Jakarta Selatan. Burung Gelatik diambil sebagai mewakili faunanya, sedangkan untuk...

KATA DAN ISTILAH BETAWI PINGGIR (Bagian Kedua H - N)

  Dalam rangka melafalkan tulisan dengan benar, pada daftar kata dan istilah dibawah ini, penulisannya menggunakan tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Sebagai contoh adalah huruf vokal e. Dalam huruf e disini dibedakan antara e pepet dan e taling . Pada e pepet tanpa ditandai apa-apa, sedangkan e taling ditandai dengan sebuah garis miring ke kiri ( grave ) è. Adapun contoh bentuk pelafalannya sebagai berikut: e pepet : g e rah, s e rah t e rima e taling: m è rah, ikan l è l è   H Habeg                                      menghabiskan makanan secara lahap   I Ikan ayam                       ...