Langsung ke konten utama

Postingan

JEJAK PRASEJARAH DI TEPI KALI PESANGGRAHAN

Kali Pesanggrahan. Pikiran apa yang terlintas di benak Anda mengenainya? Bagi warga Jakarta, Depok, dan Tangerang, nama sungai ini mungkin familiar didengar, kerapkali disangkutkan dengan berbagai cerita tentang peristiwa banjir atau padatnya permukiman di tepiannya. Namun, di segala kisahnya itu, Kali Pesanggrahan adalah urat nadi sejarah dan geografis yang membentang melintasi tiga provinsi besar. Bayangkan saja, sungai ini mempunyai panjang sekitar 65 kilometer. Alirannya bermula dari dataran tinggi di Kabupaten Bogor. Dari titik hulunya itu, ia menempuh perjalanan jauh, membelah banyak wilayah, seperti: Depok (melalui Bojonggede, Sawangan, dan Limo); Jakarta Selatan dan Jakarta Barat (melintasi Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Kebon Jeruk, dan Kembangan); Hingga akhirnya berakhir di hilirnya yakni Tangerang, Banten, menuju kawasan Cengkareng. Kali Pesanggrahan di Perbatasan Depok dan Jakarta (Dok. Pribadi) Kali Pesanggrahan adalah saksi bisu, mengalir melewati berbagai wajah peradaban...

BUKAN MONAS! Inilah Lambang Jakarta yang Pertama

Gambar siluet Monas yang menjulang telah melekat kuat sebagai identitas atau lambang Jakarta. Oleh sebab itulah, boleh jadi, Sebagian besar masyarakat tak yakin, bahwasanya di masa lalu Monas alias Monumen Nasional bukanlah lambang kota Jakarta. Tapi bagaimana jika ada suatu riwayat pada suatu masa, yakni sebelum tahun 1961 dimana Monas belumlah ada. Dan Jakarta mempunyai lambang yang lain? Sayembara Mencari Identitas Baru Berawal pada sekitar tahun 1950-an, Jakarta yang saat itu masih bernama Kotapradja Djakarta, merasa perlu memiliki identitas baru. Lambang kota lama peninggalan era kolonial Belanda dianggap sudah tidak lagi relevan. Maka, diselenggarakanlah sebuah sayembara besar untuk menciptakan lambang kota yang sebisa mungkin dapat menggambarkan semangat dan cita-cita bangsa yang baru merdeka. Sayembara ini ternyata menarik perhatian banyak peserta. Sebanyak 111 peserta dari berbagai latar belakang turut berpartisipasi mengikutinya. Setelah melalui proses seleksi yang keta...

HELICAK: "Helikopter Beroda Tiga" Pengganti Becak

Dari delman hingga Mass Rapid Transportation alias MRT, Jakarta tak pernah kehabisan cerita soal angkutan umum. Tapi, pernahkah Anda mendengar tentang helicak? Si helikopter beroda tiga yang dulunya sempat jadi ikon jalanan Ibu Kota. Cerita kota Jakarta bukan cuma mengenai soal mewahnya gedung-gedung pencakar langit atau macetnya jalanan. Jakarta itu gudangnya cerita. Dari zaman perang sampai kisah-kisah legendaris para pahlawan. Tapi, ada satu yang agaknya mungkin terlupakan: sejarah transportasi umum di Jakarta. Helicak Bermesin Lambretta 150 cc (Pinterest) Dari Becak ke Helicak, Kisah Angkutan Umum Jakarta yang Tak Lekang Oleh Waktu Jakarta, kota metropolitan yang tak pernah tidur ini, bukan cuma menyimpan segudang cerita tentang peristiwa bersejarah dan tokoh-tokoh penting. Lebih dari itu, Jakarta juga punya kisah menarik tentang sarana transportasi umum yang jadi urat nadi penggerak ekonomi bagi warga penghuninya. Sejak dahulu, berbagai macam jenis angkutan umum silih berganti ...

TANGKI: Asal Usul Nama Tempat di Jakarta Barat

Pernahkah Anda iseng-iseng bertanya, mengapa ada sebuah wilayah di belahan barat Jakarta disebut dengan nama Tangki? Nama yang kedengarannya biasa saja ini ternyata menyimpan kisah unik tentang masa lalu. Cerita tentang kota dan pengelolaan air dalam kehidupan sehari-hari warganya. Di kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terdapat sebuah kelurahan bernama Tangki. Sebuah nama yang sekilas sederhana saja. Namun, sebetulnya punya cerita yang menarik untuk ditelusuri. Nama ini bukan sekadar penanda geografis dalam sebuah peta saja. Akan tetapi, memiliki jejak sejarah yang merujuk pada peran penting wilayah tersebut sebagai tempat pengelolaan air bagi masyarakat Batavia di masa lalu. Hingga pada akhirnya nama "Tangki" melekat sebagai penanda suatu wilayah. Asal Usul Kata "Tangki" Kata "tangki" yang kita gunakan sehari-hari itu ternyata serapan dari bahasa Inggris, yaitu "tank"? Jika ditelusuri, ternyata, "tank" sendiri kemungkinan besar pu...

TELEPON UMUM: Riwayatmu Dulu

Masih ingatkah Anda dengan telepon umum? Sebuah perangkat yang dulu menjadi salah satu andalan komunikasi publik, kini hanya tinggal dalam kenangan. Jujur saja, bagi Gen Z yang lahir setelah tahun 1990-an, mungkin perangkat ini sama sekali tidak meninggalkan jejak kenangan. Namun, di balik kesederhanaannya, telepon umum menyimpan banyak cerita berbagai drama kehidupan. Dari mengantre di kala menunggu giliran, mengumpulkan uang logam untuk menelpon, hingga menjadi penonton ekspresi amarah, tawa, bahkan tangisan yang tampak dari balik bilik kaca telepon umum. Telepon umum bukan hanya sekadar peranti untuk berkomunikasi, melainkan juga sebuah ikon sosial pada masanya. Ia adalah alat penghubung antara mereka yang berjauhan, tempat berbagi kabar gembira maupun duka, dari para penghuni kota. Telepon Umum di Terminal Blok M, Kebayoran Baru (Berita Yudha, 1981) Telepon Umum Pertama di Indonesia Menurut catatan, Jakarta merupakan kota pertama yang menghadirkan telepon umum di Indonesia. Tepat...

DARI CIKINI KE RAGUNAN: Kisah Kebun Binatang Penuh Kenangan

Jauh sebelum bermunculannya theme park megah serta destinasi wisata di zaman kini. Ada sebuah gagasan cemerlang yang lahir dari sekumpulan elit Eropa di Batavia (kini Jakarta), yaitu mendirikan kebun binatang. Ide Para Pencinta Satwa Kisah ini dimulai sekitar awal tahun 1864. Sewaktu itu, di Batavia para pecinta satwa dan zoologi berkumpul, berbagi ilmu, dan akhirnya mencetuskan suatu perkumpulan yang dinamakan "Planten en dierentuin te Batavia" . Dari perkumpulan inilah muncul ide yang bertekad untuk: membangun sebuah kebun binatang di jantung Batavia. Pilihan lokasi jatuh pada sebagian lahan yang dipunyai oleh pelukis ternama, Raden Saleh, di sisi barat Sungai Ciliwung. Tepatnya di Cikini. Raden Saleh, yang juga punya ketertarikan pada dunia satwa, dengan sukarela menghibahkan tanahnya tersebut. Selain itu juga beliau merupakan anggota kehormatan dari perkumpulan tersebut. Alhasil, pada 12 Maret 1864, impian itu menjadi kenyataan. Kebun Binatang Batavia resmi dibuka. ...

JALAN PINTAS DJAKARTA BY-PASS

Jalan Jenderal Ahmad Yani: Jalan raya utama di Jakarta Timur ini punya kisah lebih dari sekadar hilir mudiknya kendaraan bermotor. Pernahkah Anda berpikir bahwa jalan ini adalah saksi mati yang ‘bercerita’ mengenai perencanaan Indonesia menyambut Asian Games 1962 dan wujud kerjasama negara-negara lain dengan Indonesia? Jalan raya di Jakarta Timur ini bukan cuma semata-mata jalanan biasa, tapi bagian dari “Djakarta By-Pass” yang legendaris. Bergabung dengan Jalan D.I Panjaitan dan Jalan Yos Sudarso, jalan ini menjadi sangat vital. Jalan-jalan tersebut merupakan akses penting yang menghubungkan berbagai sudut kota di Jakarta.   Jalan Jenderal Ahmad Yani, Jakarta Timur (Dok. Pribadi) Djakarta By-Pass dan Asian Games 1962 Diresmikan pada tanggal 21 Oktober 1963, "Djakarta By-Pass" adalah salah satu proyek infrastruktur vital yang mengubah wajah Jakarta. Dengan panjang membentang sekitar 27 kilometer, jalan ini menghubungkan dua titik strategis: Cililitan di sebelah selatan hi...