Langsung ke konten utama

Postingan

NAMA ORANG DI JALANAN JAKARTA: Dari Tokoh Nasional Hingga Tokoh Lokal

Pernahkah membayangkan bagaimana manusia bisa berkomunikasi, tanpa menyebutkan sebuah nama. Betapa kacaunya kehidupan ini jika segala sesuatu yang dilihat, dibuat atau dipakai oleh orang tanpa nama.  Sebagai ilustrasi, apabila ada seseorang yang ingin bepergian ke suatu tempat. Lalu ia bertanya, “Saya ingin pergi ke daerah anu , jalan mana yang harus dilewati?”. Kemudian yang ditanya menjawab,”Oooh...kalau ingin ke daerah anu , anda harus lewat jalan itu, nanti jika ada perempatan belok kanan melalui jalan anu ”. Sama-sama bingung jadinya. Sebagai mahluk berbudaya manusia selalu memberikan nama terhadap sesuatu. Apapun itu, gunung, sungai, orang, hewan, tumbuhan, lokasi geografis dan sebagainya. Semua diberi nama oleh manusia. Memberikan nama terhadap sesuatu pada lingkungan sekitarnya dapat dianggap sebagai usaha memberi acuan terhadap obyek yang diberi nama. Oleh karenanya dapat memudahkan untuk komunikasi.  Begitu pun dengan sarana jalan yang ada di daerah atau ling...

Tradisi Lisan Pedagang Pasar Kebayoran

Hingga masa sebelum kemerdekaan, Kebayoran secara administratif masuk bagian dari kabupaten Meester Cornelis. Orang Kebayoran selalu menyebutnya dengan Mester . Sebuah distrik yang dikepalai oleh seorang Wedana dengan wilayahnya sampai Ciputat.  Dalam statistik yang tercatat pada  Nieuwe Bijdragen tot de Kennis der Bevolkingstatistiek van Jawa tahun 1864, wilayah Kebayoran memiliki luas 3.370 mil persegi dengan 160 desa atau kampung. Total jumlah penduduk 66.331 jiwa, yang berasal dari orang Pribumi, Eropa, Cina dan Arab. Rincian masing-masing penduduk itu terdiri dari orang Pribumi 62.759 jiwa, orang Eropa 506 jiwa, orang Cina 3006 jiwa dan orang Arab 60 jiwa. Perkembangan kota Batavia atau Jakarta pada masa lalu, secara umum berdampak pula dengan Kebayoran.  Jakarta memerlukan lahan untuk membangun pemukiman baru serta fasilitas publik.  Pada tahun 1948 sebagian lahan di kawasan Kebayoran dijadikan tempat untuk program pemerintah tersebut. Maka sejak saat...

MEMBACA PETA JADUL: Daerah Kebayoran, Ulujami dan Sekitarnya Akhir Abad 18

Suatu hari penulis berkesempatan untuk mengunjungi sanggar kreativitas anak-anak yang terdapat di pinggiran kali Pesanggrahan, Ulujami. Suasana taman serta pemandangan pinggir kali Pesanggrahan, menjadi tempat berkumpul yang asyik untuk berdiskusi dan saling berbagi pengetahuan bersama teman-teman. Dari hasil diskusi yang santai tapi serius itulah, saya coba menulis secara singkat tentang Ulujami dan sekitarnya berdasarkan data yang dimiliki. Ulujami yang merupakan sebuah wilayah administrasi setingkat kelurahan, merupakan bagian dari Kecamatan Pesanggrahan,  Jakarta Selatan. Wilayah Ulujami yang berukuran 1,71 kilometer persegi, secara geografis dibatasi oleh sungai Pesanggrahan di sebelah barat serta kelurahan Cipulir dan Kebayoran Lama Utara di sebelah barat. Pada bagian selatan berbatasan dengan kelurahan Pesanggrahan, kelurahan Bintaro dan Kelurahan Srengseng membatasi wilayah ini di bagian timur dan barat. Tidak banyak catatan sejarah masa lalu yang menuliskan te...

MUSEUM POLRI

Bila melintasi jalan di sekitar daerah Blok M, Jakarta Selatan, tampak jelas bangunan Museum Polri karena posisinya yang persis di pinggir jalan Trunojoyo. Di depan bangunan berlantai tiga ini terdapat tulisan MUSEUM POLRI dan patung Bapak Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jenderal Polisi R.S Soekanto Tjokroadiatmojo yang berdiri tegak. Museum Polri yang berhadapan dengan gedung PLN Pusat ini, tepatnya terletak di Jalan Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Gedung Museum Polri merupakan bagian dari komplek bangunan Markas Besar Kepolisian RI. Museum Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Museum Polri berdiri pada tanggal 29 Juni 2009, dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Bhayangkara ke 63 pada tanggal 1 Juli 2009. Pendirian Museum Polri pertama kali dicetuskan oleh Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri. Tujuan dari  pendirian museum adalah untuk melestarikan nilai-nilai kesejarahan Kepolisian Negara Republik Indonesi...

MANGGIS

Manggis yang dalam bahasa Latinnya disebut dengan Garcinia mangostana , merupakan pohon daerah tropis dan diyakini sebagai pohon asli dari kepulauan nusantara. Tinggi pohon ini bisa mencapai 25 meter. Buah pohon ini biasa disebut dengan manggis juga, berbentuk bulat dengan diameter berkisar 6 hingga 8 cm dan berwarna merah keunguan jika sudah matang.  Di dalam kulit luar buah manggis yang agak keras ini, terdapat daging buah berwarna putih dan berasa manis apabila dimakan. Di bawah buah manggis terdapat semacam kulit tambahan/tanda yang menyerupai bintang. Tanda yang menyerupai bintang ini menandakan jumlah atau isi dari daging buah manggis itu. Jikalau isi daging buah manggis tersebut ada enam, maka tanda yang menyerupai bintang itu juga ada enam. Jika isi buahnya berjumlah empat, tanda yang menyerupai bintang itu juga ada empat.  Buah Manggis Bentuk buah manggis yang demikian itulah yang memunculkan suatu tradisi permainan di masyarakat Jakarta tempo doeloe ...

TINGGALAN PRASEJARAH DI DAS CILIWUNG

Sungai Ciliwung yang berhulu di Gunung Pangrango mengalir ke Puncak, Ciawi dan membelok ke arah utara melalui wilayah Bogor, Depok serta Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta. Sungai yang mengalir dan membelah Jakarta ini mempunyai panjang sekitar 120 kilometer, dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) lebih kurang 387 kilometer persegi. Di daerah Manggarai, Jakarta Selatan, sungai ini bercabang menjadi dua, yang satu melalui sepanjang Gunung Sahari, serta lainnya melalui daerah Tanah Abang. Sungai Ciliwung Tempo Doeloe Bogor, Depok dan Jakarta yang dilalui sungai Ciliwung, kini telah berwujud sebagai wilayah pemukiman yang padat dengan aktivitas sosial ekonomi yang seakan tak pernah mati. Dari siang hingga malam. Hampir semua orang mungkin tak pernah mengira bahwa di wilayah yang dialiri Ciliwung, sudah ada kegiatan atau aktivitas kehidupan sosial ekonomi manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Bukti tentang kehidupan manusia masa lalu itu, adalah dengan diketemukannya tin...

PUCUNG (Pangium edule)

Dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah atau ungkapan “mabuk kepayang”, yang didalam Kamus Bahasa salah satunya diartikan sebagai “tergila-gila karena cinta”. Tahukah Anda bahwa kata “kepayang” yang terdapat pada istilah “mabuk kepayang” itu merupakan sejenis tanaman pohon yang biasa ditemukan di banyak pelosok nusantara. Pohon Pucung di Kebun Komunitas Ciliwung Condet Kepayang (Melayu) , Keluwak (Jawa), Picung (Sunda), Pucung (Betawi) adalah tanaman berbentuk pohon yang tumbuh liar di Asia Tenggara hingga Pasifik Barat, termasuk wilayah Indonesia. Pohon ini memiliki batang lurus dengan tinggi bisa mencapai 60 meter dan diameter hingga 120 cm. Pohon Pucung ( Pangium edule ) tidak mempunya percabangan yang rapat, memiliki daun berbentuk jantung dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar sekitar 15 cm. Bentuk buah Pucung lonjong dengan ujung serta pangkalnya meruncing. Di dalam buah terdapat biji, yang berbentuk asimetris berukuran 3 – 5 cm. Jumlah biji dalam setiap bu...