PUCUNG (Pangium edule)
Dalam bahasa Indonesia kita
mengenal istilah atau ungkapan “mabuk kepayang”, yang didalam Kamus Bahasa
salah satunya diartikan sebagai “tergila-gila karena cinta”. Tahukah Anda bahwa
kata “kepayang” yang terdapat pada istilah “mabuk kepayang” itu merupakan
sejenis tanaman pohon yang biasa ditemukan di banyak pelosok nusantara.
Pohon Pucung di Kebun Komunitas Ciliwung Condet |
Kepayang (Melayu), Keluwak (Jawa),
Picung (Sunda), Pucung (Betawi) adalah tanaman berbentuk pohon yang tumbuh liar di
Asia Tenggara hingga Pasifik Barat, termasuk wilayah Indonesia. Pohon ini memiliki
batang lurus dengan tinggi bisa mencapai 60 meter dan diameter hingga 120 cm.
Pohon Pucung (Pangium edule) tidak
mempunya percabangan yang rapat, memiliki daun berbentuk jantung dengan ukuran
panjang 20 cm dan lebar sekitar 15 cm.
Bentuk buah Pucung lonjong dengan ujung serta pangkalnya meruncing. Di dalam buah terdapat biji, yang berbentuk asimetris berukuran 3 – 5 cm. Jumlah biji dalam setiap buah bisa mencapai 20 biji. Biji tersebut mempunyai tempurung berwarna coklat kehitaman dengan daging buah didalamnya.
Bentuk buah Pucung lonjong dengan ujung serta pangkalnya meruncing. Di dalam buah terdapat biji, yang berbentuk asimetris berukuran 3 – 5 cm. Jumlah biji dalam setiap buah bisa mencapai 20 biji. Biji tersebut mempunyai tempurung berwarna coklat kehitaman dengan daging buah didalamnya.
Nah, daging buah yang ada didalam biji itulah yang digunakan oleh masyarakat di
sebagian wilayah nusantara, sebagai bahan untuk mengolah bahan masakan.
Jika di Sulawesi Selatan ada konro, di Jawa Timur terdapat rawon, Jogyakarta ada brongkos, di Jakarta pun terdapat masakan yang menggunakan pucung sebagai bahan olahannya. Ada beberapa olahan masakan tradisional Betawi yang menggunakan pucung sebagai bahannya, salah satu yang cukup dikenal adalah Gabus Pucung. Kita bisa jumpai masakan gabus pucung ini di warung-warung makan khas Betawi.
Jika di Sulawesi Selatan ada konro, di Jawa Timur terdapat rawon, Jogyakarta ada brongkos, di Jakarta pun terdapat masakan yang menggunakan pucung sebagai bahan olahannya. Ada beberapa olahan masakan tradisional Betawi yang menggunakan pucung sebagai bahannya, salah satu yang cukup dikenal adalah Gabus Pucung. Kita bisa jumpai masakan gabus pucung ini di warung-warung makan khas Betawi.
Pohon Pucung di Kebun Komunitas Ciliwung Condet Balekambang |
Perkembangan populasi masyarakat pemukiman baru di Jakarta, menyebabkan berkurangnya lahan-lahan kebun tempat tumbuhnya pohon pucung. Tanaman Pucung sudah jarang ditemui di wilayah Jakarta. Keberadaan
tanaman ini, hanya tinggal sedikit di wilayah kota Jakarta dan dapat ditemui di daerah seperti, Condet
Balekambang, Jakarta Timur.
Menurut penduduk setempat, daun, buah dan biji dari tanaman pucung
ini sebetulnya mengandung racun dan bisa memabukan bagi yang memakannya. Bahkan
hewan seperti ayam dan kambing pun bisa mati bila memakan buah pucung yang
telah matang.
Pengetahuan tradisional
masyarakat setempat secara turun temurun mengenal cara-cara bagaimana
menawarkan atau menghilangkan zat racun pada buah pucung untuk digunakan
sebagai bahan mengolah masakan.
Ada dua cara untuk menghilangkan racun pada
buah atau biji pucung. Cara pertama adalah dengan merebus biji-biji pucung
selama sehari semalam. Setelah itu ditiriskan dan dijemur hingga kering.
Cara
kedua yang memakan waktu agak lama yaitu, dengan mengubur biji-biji pucung
tersebut ke dalam sebuah lubang bersama dengan abu dapur. Setelah itu dipendam
selama 4 hingga 6 hari, barulah kemudian dikeluarkan dari lubang dan dijemur
sampai kering.
Buah Pucung |
Biji Pucung |
Komentar
Posting Komentar