MENGENANG "TUAN BEK" DI SEPANJANG JALAN BEK MURAD

Hampir di setiap bagian Jakarta, kita dapat menjumpai jalan yang dinamai dengan seorang tokoh. Hal demikian lumrah saja manakala kita mengkaitkannya dengan riwayat ratusan tahun Jakarta sebagai kota besar. 

Rentang waktu sejarah kota yang panjang itu, memunculkan adanya banyak kisah, peristiwa yang memunculkan seorang tokoh didalamnya. Baik tokoh terkenal sekelas nasional maupun lokal. Dan masyarakat mengenang nama tokoh tersebut, salah satu caranya dengan mengabadikannya melalui penamaan suatu tempat atau jalan.

Demikianlah yang terdapat di daerah Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Jika kita melintas dari arah Tanah Abang, persis di pinggiran sebelah kiri Jalan Prof.Dr. Satrio terdapat plang nama di mulut jalan masuk perkampungan.

Pada plang nama itu tertulis Jalan Bek Murad.

Lalu apakah yang dimaksud dengan Bek?

Dan siapakah Murad?

****

Sebutan dan istilah bek atau tuan bek pada sebagian kalangan masyarakat Betawi, terutama para kaum orang-orang tua telah melekat diingatan. Soal itu tergambar pada kisah-kisah sandiwara tradisional Betawi, seperti lenong misalnya. Dalam pementasannya acapkali penonton mendapati tokoh cerita dengan sebutan “tuan bek” atau “bek”. Tokoh cerita yang disebut sebagai “bek” ini biasanya mencerminkan seorang yang mengurus berbagai hal di suatu daerah.

Gelar atau sebutan Bek yang dikenal masyarakat Jakarta tempo doeloe bersumber dari bahasa Belanda wijkmeester. Sebuah kata atau istilah yang berhubungan dengan suatu jabatan pada masa kolonial. Seorang yang menjabatnya bertugas mengepalai sebuah daerah yang dinamakan wijk. Dalam susunan birokrasi dan pembagian wilayah zaman itu, wijkmeester dan wijk merupakan yang paling rendah posisinya. Jika dibandingkan dengan masa sekarang, wijkmeester dan wijk, kurang lebih sama dengan lurah dan kelurahan

Wijk merupakan wilayah dibawah District dan Onderdistrict. Pada tahun 1908 pembagian wilayah di Batavia terbagi dalam 2 District dan 6 Onderdistrict. Masing-masing onderdistrict itu terdapat 27 wijk. Dan tiap-tiap wijk terbagi lagi menjadi kampung-kampung. 

Untuk wilayah yang kini termasuk ke dalam Kelurahan Karet, dimana Jalan Bek Murad berada, termasuk ke dalam wijk Karet, onderdistrict Gambir. Adapun kampung-kampung yang berada di wijk Karet ini adalah Karet Pedurenan dan Karet Bendungan.

Kampung Karet Bendungan dan Kampung Karet Pedurenan (Batavia en Omstreken, 1867)


Seorang wijkmeester punya kewajiban di masing-masing wijk-nya. Mereka bertugas untuk mencatat dan mendaftar penduduk di wilayah kerjanya. Selain itu juga memeriksa kebersihan lingkungan, saluran air, dan alat pemadam serta memungut pajak.

****

Adalah seorang bernama Abdul Murad bin Haji Kosim yang berasal dari Tanah Abang. Beliau merupakan seorang yang mengepalai wijk Karet. Kalangan masyarakat umum lebih mengenalnya dengan sebutan Bek Murad.

Sebelum diangkat menjadi bek di Karet, Murad menjabat sebagai wakil bek di daerah Cikini. Diangkatnya beliau menjadi bek bukan hanya didasarkan pada pengalaman kerjanya, selain itu pula karena kewibawaan serta kepandainnya. Di wilayah wijk Karet, dahulu kala orang-orang mengenalnya sebagai bek yang amat memperhatikan dan menolong kepentingan penduduk.

Untuk mengenang jasa dan kebaikan beliau. Masyarakat setempat mengabadikan namanya    pada seruas jalan yang kini ada di wilayah administrasi Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Jalan itu adalah Jalan Bek Murad.



Komentar

Postingan Populer