Langsung ke konten utama

BANYAK PULAU DI DARATAN JAKARTA

 

Membaca judul tulisan ini mungkin sebagian pembaca akan protes. Jika membicarakan soal “pulau” di Jakarta, mestinya dikaitkan dengan Kepulauan Seribu. Belasan kilometer radius jaraknya dari daratan Jakarta. Tapi sabar dulu. Dimaksud dengan “pulau” dalam tulisan ini adalah sama dengan “pulo”. Suatu cara melafalkannya orang Sunda atau Betawi dalam menyebut kata “pulau”.  

Di Jakarta orang mengenal nama kecamatan, kelurahan, kampung dengan mencantumkan kata “pulo”, seperti Pulogadung, Pulogebang serta Kampung Pulo. Selain itu, ada puluhan nama jalan atau tempat yang menggunakan kata “pulo” di kelima wilayah Jakarta.

Sebagian besar diantaranya ditemukan di kota administratif Jakarta Timur. Tersebutlah nama-nama jalan atau tempat tersebut yakni Jalan Pulo Asem, Jalan Pulo Ayang, Jalan Pulo Besar, Jalan Pulo Buaran, Jalan Pulo Jahe, Jalan Pulo Lentut, Jalan Pulo Lio, Jalan Pulo Kambing.

Mengapa sederetan nama-nama tempat yang disebutkan itu yang notabene ada di daratan, menggunakan kata “pulo”?

 

Pulogadung di Jakarta Timur (Sumber: Wikimedia)

****

Kata “pulo” dalam kosakata orang Jakarta asli mengacu pada kata “pulau”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “pulau” diartikan sebagai tanah atau daratan yang dikelilingi oleh air.

Sebutan kata “pulo” pada unsur nama tempat di Jakarta berhubungan dengan kondisi lahan persawahan tempo doeloe. Seperti misalnya wilayah atau kawasan Pulogadung di Jakarta Timur. Daerah dimana orang mengenalnya sebagai salah satu lokasi berdirinya pabrik-pabrik di Jakarta. Pulogadung merupakan kawasan industri pertama di Indonesia yang muncul awal tahun 1970an.

Padahal, kawasan padat bangunan-bangunan pabrik, pergudangan serta perumahan ini pada zaman dulu kala merupakan hamparan persawahan yang amatlah luasnya. Seperti yang tergambarkan pada peta Batavia en Omstreken tahun 1914 dibawah ini.

 

Peta Wilayah Pulogadung Tahun 1914 (Sumber: Batavia en Omstreken)

Sebutan “pulo” bukanlah semata wayang disematkan pada nama tempat seperti Pulogadung. Dalam jangkauan area sekitar Pulogadung. Ada nama-nama tempat atau jalan seperti Pulo Ayang, Pulo Lentut, Pulo Jahe, Pulo Kambing, Pulo Lio.

Nama-nama daerah atau jalan sebagaimana disinggung diatas dahulunya berwujud hamparan persawahan tadah hujan. Sawah tadah hujan merupakan sawah yang cara pengairannya menggantungkan pada curah hujan. Biasanya pada musim kemarau lahan persawahan ini tidak diolah sama sekali.

Manakala lahan persawahan tak diolah dan musim penghujan telah tiba. Air hujan tertampung dan menggenangi hamparan persawahan. Sehingga menjadi mirip lautan. Pabila terdapat kontur tanah yang agak lebih tinggi maka bisa menyerupai “pulau”.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA DAN ISTILAH BETAWI PINGGIR (Bagian Pertama A - G)

  Dalam rangka melafalkan tulisan dengan benar, pada daftar kata dan istilah dibawah ini, penulisannya menggunakan tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Sebagai contoh adalah huruf vokal e. Dalam huruf e disini dibedakan antara e pepet dan e taling . Pada e pepet tanpa ditandai apa-apa, sedangkan e taling ditandai dengan sebuah garis miring ke kiri ( grave ) è. Adapun contoh bentuk pelafalannya sebagai berikut: e pepet : g e rah, s e rah t e rima e taling: m è rah, ikan l è l è   A Abing                                        habis Aer                            ...

KISAH RAMBUTAN RAPI'AH

Semua penduduk Jakarta atau khususnya Jakarta Selatan pastilah mengenal yang namanya buah rambutan. Akan tetapi tahukah mereka, bahwasanya pu’un dan buah rambutan dijadikan lambang dari kota administrasi Jakarta Selatan. Kalo kagak percaya coba aja longok ke depan  gedong  kantor walikota Jakarta Selatan di jalan Prapanca Raya, Kebayoran Baru. Di depan gedung tersebut kita bisa lihat ada gambar burung nangkring  diatas buah rambutan. Menurut isi Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1422/1997, gambar burung yang terdapat pada lambang kota Jakarta Selatan itu adalah burung gelatik, sedangkan jenis rambutannya ialah rambutan rapiah. Surat Keputusan yang dikeluarkan pada tahun 1997 tersebut merupakan sebuah penetapan terhadap lambang Kota Administratif Jakarta Selatan. Lambang tersebut memiliki bentuk perisai lima. Di dalam perisai  terdapat gambar fauna dan flora khas dari Jakarta Selatan. Burung Gelatik diambil sebagai mewakili faunanya, sedangkan untuk...

KATA DAN ISTILAH BETAWI PINGGIR (Bagian Kedua H - N)

  Dalam rangka melafalkan tulisan dengan benar, pada daftar kata dan istilah dibawah ini, penulisannya menggunakan tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Sebagai contoh adalah huruf vokal e. Dalam huruf e disini dibedakan antara e pepet dan e taling . Pada e pepet tanpa ditandai apa-apa, sedangkan e taling ditandai dengan sebuah garis miring ke kiri ( grave ) è. Adapun contoh bentuk pelafalannya sebagai berikut: e pepet : g e rah, s e rah t e rima e taling: m è rah, ikan l è l è   H Habeg                                      menghabiskan makanan secara lahap   I Ikan ayam                       ...