LANDHUIS TANDJOENG OOST: Cikal Bakal Nama Kampung Gedong
Lewat jalan TB Simatupang dari arah barat ke wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur. Setelah melintas jembatan di atas sungai Ciliwung terdapat pertigaan. Bila kita menengok ke sebelah kanan jalan akan tampak sekilas puing-puing reruntuhan struktur tembok berbahan batu bata.
Ya, itulah bekas bangunan peninggalan masa kolonial Belanda. Banyak sebutan untuk menamakan bekas bangunan tua itu. Penduduk sekitar mengenalnya dengan Gedong Ki Dekle. Ada juga yang menyebutnya dengan Gedung Tinggi.
Konon dari bekas bangunan gedung megah inilah cikal bakal nama Kampung Gedong - kini Kelurahan Gedong - berasal.
****
Daerah yang disebut dengan Kampung Gedong, kini secara administratif masuk ke dalam Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Memiliki luas lebih 2,5 kilo meter persegi. Sebelah utara wilayahnya dibatasi oleh Kelurahan Batuampar, Balekambang, dan Kampung Tengah, Kramatjati. Di bagian barat berbatasan dengan Sungai Ciliwung. Di selatan bersebelahan dengan Kelurahan Cijantung. Serta sisi timurnya berbatasan dengan Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas.
Asal usul nama atau toponim Kampung Gedong dikaitkan dengan adanya bekas bangunan landhuis atau rumah peristirahatan tuan tanah. Tuan tanah tersebut merupakan pemilik tanah partikelir Tandjoeng Oost (Tanjung Timur).
Landhuis Tandjoeng Oost Tahun 1985
(Sumber: Batavia, Djakarta, Jakarta Beeld van een Metamorfose)
****
Adalah Pieter van de Velde, salah seorang anggota Dewan Hindia yang membeli sebagian besar tanah milik orang Tionghoa, Ni Hoe Kong. Pada sekitar tahun 1756, Pieter van de Velde mendirikan sebuah bangunan di atas lahan tanah partikelir tersebut.
Tak lama setelah Pieter van de Velde wafat pada tahun 1759, tanah partikelir Tandjoeng Oost selanjutnya berganti-ganti orang sebagai pemiliknya. Mulai dari Adriaan Jubbels, Johannes Craan, Willem Vincent Helvetius van Riemsdijk, hingga kepada keluarga Riemsdijk-Ament.
Nisan Makam Tjalling Ament di Kelurahan Gedong |
Kembali ke soal bekas bangunan landhuis yang biasa disebut dengan Groeneveld. Sewaktu dimiliki oleh Johannes Craan, bangunan ini banyak mengalami perbaikan di beberapa bagiannya. Bangunan dua lantai yang bergaya Eropa dan lokal ini memiliki banyak dekorasi berupa ukiran bermotif tumbuh-tumbuhan.
Bangunan dua lantai itu merupakan perpaduan gaya Eropa dan Indonesia. Pintu kamar didekorasi dengan ukiran kayu jati bermotif flora dan fauna. Salah satunya ialah ukiran yang berupa burung bangau. Ukiran yang terdapat di atas pintu masuk bangunan ini merupakan simbol keluarga Johannes Craan.
Ada satu yang paling menarik dari unsur landhuis Groeneveld, yakni jendela yang terletak di tengah bangunan. Selain memiliki ornamen ukiran yang sangat indah. Dari jendela inilah dapat disaksikan keindahan panorama alam di sekitar berdirinya bangunan. Orang akan menikmati pemandangan mengalirnya air yang tenang di sungai Ciliwung. Sementara di bagian lainnya terdapat rimbunnya pepohonan asam yang berjejer rapi di sisi kiri dan kanan jalan.
Kakek sy ko g ada namanya ki Dekle
BalasHapusMandor pasar rebo.