Tak Ada Lagi "Martabak India"

Ini makanan sangat gampang didapati. Dimana-mana ada. Baik di pinggiran ataupun di pusat kota Jakarta. Biasanya bila hari menjelang senja pedagang menjajakannya di pinggiran jalanan. Di bagian depan gerobak yang berkaca, tertulis nama salah satu makanan yang amat  populer di masyarakat ini. Martabak.

Lazimnya di kaca gerobak tercantum tulisan “martabak manis dan martabak telor”. Karena memang ada dua jenis martabak. Atau ada juga yang menuliskannya dengan “martabak bangka dan martabak telor”.

Tahukah Anda, bahwa pada masa lalu, umumnya pedagang martabak memberi embel-embel atau tulisan “Martabak India” pada jenis makanan yang dijajakannya ini?

Mengapa kini jarang bahkan tak dijumpai lagi embel-embel “Martabak India”?

 

Awal Mula “Martabak India”

Martabak manis dan martabak telor dua jenis varian yang dihubungkan dengan rasa atau pun bahan-bahan yang digunakan. Bentuk yang menyerupai setengah lingkaran merupakan hasil adonan matang yang terlipat dua. Dari sinilah diperkirakan sebutan martabak digunakan. Martabak berasal dari bahasa Arab, yang memiliki arti terlipat.

 

Pedagang Martabak dan Gerobaknya di Pinggiran Jalan Jakarta

Khusus untuk yang disebut martabak telor. Konon diperkenalkan kali pertamanya pada sekitar tahun 1930an, oleh seseorang warga keturunan India yang tinggal di daerah Jawa Tengah. Mendapat tanggapan yang baik dari orang-orang yang menyukai makanan ini, selanjutnya dia mendirikan usaha penjualan martabak.

Banyaknya masyarakat yang menyukai martabak ini mendorong sebagian orang belajar membuat dan sekaligus menjualnya juga. 

Singkat kata, banyak para penjual martabak dimana-mana. Boleh dibilang sebagai strategi meyakinkan para pembeli. Para pedagang martabak ini melabeli dagangannya dengan sebutan “Martabak India’.

 

Demonstrasi Menolak yang Berbau India

Sebutan “Martabak India” mulai redup dan bahkan menghilang sesudah tahun 1962. Keadaan yang demikian dipicu oleh “Peristiwa Sondhi”.

G.D. Sondhi seorang India yang menduduki jabatan sebagai Wakil Presiden Dewan Federasi Asian Games. Sewaktu itu dia mengeluarkan suatu pernyataan yang bernada protes kepada pihak Indonesia sebagai tuan rumah pesta olahraga Asian Games IV yang akan berlangsung di Jakarta. 

Dalam nada protesnya itu, Sondhi bersikukuh mempermasalahkan tentang tidak diikutsertakannya atlet-atlet dari negara Israel dan Taiwan.

 

Dewan Federasi Asian Games di Senayan
(Sumber: Dari Gelora Bung Karno ke Gelora Bung Karno)


Seperti diketahui, alasan Indonesia sebagai pihak panitia Asian Games IV tidak mengikutsertakan atlet-atlet dari Israel dan Taiwan, karena tak memiliki hubungan diplomatik dengan kedua negara ini. 

Tak ayal protes Sondhi tersebut memancing reaksi keras dari massa yang sangat militan ketika itu. Kaum pemuda revolusioner bergerak melakukan demonstrasi menentang pernyataan Sondhi. Pokoknya “ganyang Sondhi”.

Pengerahan massa yang melakukan demonstrasi “ganyang Sondhi” merebak ke segala arah. Kekerasan serta penjarahan menjalar kemana-mana. Lantaran yang didemo adalah seorang India, maka orang-orang warga keturunan India pada takut terkena ganyang. 

Tak terkecuali  juga semua hal yang berbau-bau dengan India. Sampai-sampai para penjual martabak menghapus tulisan “Martabak India” yang tertulis pada gerobak dagangannya. Ngeri empot-empotan ketakutan.

Dari kejadian itulah hingga kini “Martabak India” menghilang. Tergantikan oleh “Martabak Telor”. Sama saja sih, cuma berganti judul atawa label.


Komentar

Postingan Populer