PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN: Melihat Sisi Lain Kota Jakarta




Terus terang, saya sebagai penduduk asli Jakarta tidak pernah menghitung jumlah mall. Rasa-rasanya, mungkin lebih dari seratusan jumlahnya. Bagaimana tidak? Jika kita menyusuri jalanan di Jakarta, dengan mudahnya akan menjumpai mall. Mall ada di ada dimana-mana. Selain tempat berbelanja, keberadaan mall juga dijadikan alternatif bagi pengunjung untuk menghabiskan waktu senggang dan sarana hiburan. Sekadar cuci mata melihat-lihat barang impor luar negeri yang dipajang di etalase. Menonton film layar lebar di jaringan bioskop twentyone. Melakukan negosiasi bisnis atau ngerumpi di pojok-pojok cafĂ©. Atau…melihat atau dilihat oleh lawan jenis? Keberadaan mall lebih lanjut sepertinya membuat sisi negatif terhadap gaya hidup masyarakat. Mereka mungkin akan menjadi konsumtif.

Selain membanjirnya pusat perbelanjaan atau mall, Jakarta juga jadi pusat aktivitas bisnis dan pemerintahan. Gedung-gedung pencakar langit seolah menjadi tanda pengukuhan Jakarta sebagai kota metropolitan. Sebagai kota metropolitan, Jakarta menjadi tempat berlombanya orang mencari duit. Pepatah orang barat yang menyatakan time is money dianut oleh sebagian warga di kota ini. Saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut bagaimana sikap dan budaya orang-orang yang demikian itu. Anda sendiri dapat membayangkannya bukan?

Mungkin bayangan orang tentang Jakarta sebagai kota metropolitan melulu berwujud seperti yang digambarkan di atas. Ada baiknya kita sekilas melongok sebuah daerah di selatan Jakarta, tepatnya di Kelurahan Srengseng Sawah. Di sana terdapat sebuah tempat yang layak dijadikan lokasi alternatif untuk melepaskan suasana hiruk-pikuknya kota metropolitan yakni Perkampungan Budaya Betawi.

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Perkampungan Budaya Betawi di tetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.92 Tahun 2000, serta dikukuhkan melalui Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.3 Tahun 2005. Secara administatif Kawasan Perkampungan Budaya Betawi masuk ke dalam wilayah Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Kawasan yang memiliki luas kurang lebih 289 hektar ini memiliki dua situ/danau yaitu Situ Babakan dan Situ Mangga Bolong. Di sebelah utara, kawasan ini berbatasan dengan Jalan Mohammad Kahfi II. Di sebelah timur dibatasi oleh Jalan Desa Putera dan Jalan Mangga Bolong Timur. Jalan Tanah Merah, Jalan Srengseng Sawah, Jalan Puskesmas menjadi batas kawasan ini di sebelah selatan. Dan batas kawasan di sebelah barat adalah Jalan Mohammad Kahfi II. 

Akses menuju Perkampungan Budaya
Angkutan Menuju Perkampungan Budaya Setu Babakan
Betawi dapat ditempuh melalui transportasi umum maupun pribadi. Rute kendaraan umum yang dapat digunakan ialah bis Kopaja 616 Jurusan Blok M - Cipedak atau angkutan kota bernomor 128 Jurusan Depok – Warung Sila. Jika kita menggunakan sarana transportasi umum tersebut, dapat turun di depan gerbang Perkampungan Budaya Betawi.


Kawasan Perkampungan Budaya Betawi dapat dicapai melalui salah satu pintu gerbang yang dibangun cukup megah di pinggir Jalan Mohammad Kahfi II. Sebelum masuk Kawasan, kita sudah langsung menjumpai nuansa Betawi di sini, dengan membaca tulisan di gerbang masuk tersebut. Gerbang masuk di muka jalan menuju Kawasan itu dinamakan Pintu Masuk I Bang Pitung. Jalan masuk utama ini terdapat bangunan-bangunan rumah penduduk, yang terbilang cukup padat namum tertata rapih dan bersih. Ketika saya menyusuri pemukiman di Perkampungan Budaya Betawi, lagi-lagi dijumpai nuansa budaya Betawi kerap dijumpai. Banyak penduduk yang mendirikan tempat usaha berupa sanggar seni, penyewaan alat perkawinan, warung makan, pembuatan kue ala Betawi. 
Pintu Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Berjarak sekitar 200 meter dari pintu masuk dijumpai obyek utama dari Perkampungan Budaya Betawi, yakni danau atau Situ Babakan. Menurut riwayat penamaan Situ Babakan berawal dari letak danau/situ yang dekat dengan kampung Babakan. Beberapa puluh tahun lalu danau/situ ini masih terdapat pohon-pohon besar yang lebat, dan rawa-rawa lembab yang sulit dilalui. Dan penghuninya pun masih sangat jarang sekali. Jika ada orang yang ingin menuju danau/situ ini harus melalui sebuah kampung, yang disebut Babakan. Dan ketika ada orang yang bertanya hendak kemana? Jawabnya adalah ke Situ dekat Babakan. Dari sinilah muncul penamaan terhadap danau/situ tersebut yakni Situ Babakan.

Danau/Setu Babakan
Kini keadaan sekeliling Situ terdapat jalan paving block dimana berjejer warung makan di sela rerimbunan pohon. Selain melakukan aktivitas memancing, banyak juga pengunjung yang berjalan-jalan dan duduk-duduk sambil menikmati makanan dan minuman yang dijajakan para pedagang di pinggiran Situ. Warung-warung makan menyediakan makanan dan minuman khas Betawi, seperti Selendang Mayang, Bir Plethok, Kerak Telor, Dodol., Kembang Goyang, Laksa, Gado-gado. Menariknya lagi, di sekeliling situ terdapat pohon-pohon yang kini cukup langka dijumpai di kota Jakarta, antara lain Duku (Lansium domesticum correa), Mangga (Mangifera indica), Sawo (Achras zapota), Kecapi (Sandoricum koetjape), Bintaro (Cerbera manghas), Cheri (Prunus apetala), Ketapang (Terminalia catappa), Belimbing (Averrhoa bilimbi), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Petai Cina (Parkia speciosa), Melinjo (Gnetum gnemon), Tanjung (Mimosops elengi), Mahoni (Swietenia mahagoni) dan masih banyak lagi yang lainnya.

Wahana Wisata Air di Setu Babakan
Di dalam Perkampungan Budaya Betawi terdapat pula sarana pendukung lainnya berupa wahana permainan air berupa perahu yang dapat disewa. Selain itu didirikan panggung yang cukup besar sebagai tempat atraksi kesenian Betawi. Jika ingin menginap di Perkampungan Budaya Betawi, tersedia juga fasilitas penginapan yang dibangun di dalamnya. 

Bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana Perkampungan Budaya Betawi tidak dipungut biaya masuk. Pengunjung hanya dikenakan biaya parkir bagi yang menggunakan kendaraan pribadi. Biaya parkir  untuk motor sebesar Rp 2000 sedangkan mobil Rp 5000. Waktu kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi setiap hari Senin sampai Minggu, dan hanya sampai sore hari (Jam 19.00 WIB).


Tujuan dan Harapan
Pertumbuhan dan perkembangan kota Jakarta yang sangat pesat dan tidak terkendali, dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai seni budaya masyarakat Betawi serta tata lingkungannya mulai hilang dan tersingkirnya seni budaya tradisional di pinggiran kota. Demikian salah satu pertimbangan dalam Surat Keputusan penetapan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Selain itu, pertimbangan lainnya ialah bahwa seni budaya Betawi sebagai embrio seni budaya masyarakat Jakarta harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan sejarah, budaya, sosial ekonomi, ilmu pengetahuan, dan kepariwisataan.

Tujuan dibentuknya Kawasan Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai tempat berkembangnya lingkungan kehidupan komunitas masyarakat di dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi itu sendiri. Selain itu sebagai tempat perlindungan dan pembinaan secara terus-menerus tata kehidupan, seni budaya tradisional Betawi; serta untuk tempat berkembang dan termanfaatkannya potensi lingkungan guna kepentingan wisata budaya, wisata agro dan wisata air dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.


Melalui keberadaan Perkampungan Budaya Betawi ini, maka diharapkan dapat meningkatkan kesadaraan masyarakat dan penduduk akan pentingnya penataan dan pemeliharaan lingkungan, sebagai upaya mempertahankan keberadaan kampung yang bernuansa Betawi. Selanjutnya dapat memberi dorongan, motivasi, dan peluang kepada masyarakat di dalam Perkampungan Budaya Betawi dan sekitarnya untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lingkungan guna kepentingan wisata budaya, wisata agro, dan wisata air dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. 

Komentar

Postingan Populer