Langsung ke konten utama

MASJID AL-ANWAR DI ANGKE #bangunancagarbudayajakarta


Di wilayah Jakarta Barat ada satu kampung tua. Kampung Angke namanya. Seiring dengan perkembangan waktu, nama kampung tersebut saat ini dijadikan nama sebuah kelurahan, yakni Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora. Nama kampung Angke diduga telah disebut orang semenjak abad ke-16. Hal itu berhubungan dengan kisah Babad Banten serta kitab Purwaka Caruban Nagari yang  terkait dengan tokoh bernama Tubagus Angke. Salah seorang yang gigih melawan penjajah Belanda kala itu.

Versi lainnya menyatakan bahwa nama kampung Angke berkaitan dengan pembantaian orang-orang Cina oleh pihak Belanda sekitar abad 18. Dalam peristiwa ini banyak mayat bergeletakkan di segala tempat. Sebagian dari mayat-mayat itu terapung-apung di aliran sungai. Akibat dari banyaknya darah dan bangkai manusia, air sungai menjadi bau. Dalam istilah orang Cina keadaan seperti itu disebutnya dengan Angke. Dalam buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta terbitan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, kata atau sebutan Angke berasal dari dua kata yakni, “ang” yang berarti “darah” serta “ke” artinya “bangkai”.

Salah satu penanda yang membuktikan bahwasanya kampung Angke sebagai salah satu kampung tua di Jakarta adalah bangunan masjid berikut makam-makam yang ada di sekitarnya. Bangunan itu ialah Masjid Al-Anwar. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan Masjid Angke.     

****
Kira-kira lebih dari dua kilometer menyusuri ruas jalan Pangeran Tubagus Angke dari arah kota, ada jalan sempit yakni Gang Masjid I. Gang selebar satu setengah meter itulah patokan jika kita ingin menemukan bangunan Masjid Angke. Lengkapnya Masjid Angke ini beralamat di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Gang Masjid I, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Berdasarkan riwayat bangunan Masjid Angke didirikan pada tahun 1761 yang dirancang oleh Syeh Liong Tan. Pembangunan masjid ini atas gagasan dan sokongan biaya dari seorang wanita Tionghoa bernama Tan Nio yang bersuamikan seorang dari Banten. Kedua tokoh ini dimakamkan di komplek pemakaman  sekitar bangunan masjid.

Masjid Al-Anwar atau Masjid Angke, Jakarta Barat

Seperti umumnya ciri-ciri bangunan masjid kuno di tanah Jawa. Denah bangunan Masjid Angke berbentuk dasar persegi. Beratap tumpang dengan bentuk limasan. Pada puncaknya bertengger sebuah hiasan kemuncak alias mustoko. Atap tumpang bersusun dua berlapis genteng tanah liat itu hingga kini masih kokoh ditopang oleh tiang soko guru. Empat tiang penopang struktur atap itu berbahan kayu jati. Beberapa ciri dari bagian-bagian bangunan masjid tersebut nampak sekali pengaruh dari gaya arsitektural bangunan Jawa.

Mimbar yang berada di bagian dalam bangunan ini agak unik. Mimbar berbentuk ceruk ini tidak berbahan kayu pada umumnya dan dibuat dari tembok berplester. Pada fasad bangunan masjid yang memiliki luas lebih dari dua ratus meter ini terdapat komponen-komponen bangunan berupa pintu masuk dan jendela.  Selain di bagian fasad bangunan, pintu dan jendela terdapat pula di bagian samping. Memasuki bangunan masjid pada bagian depan terdapat anak tangga di bawah pintu. Pada bagian atas pintu ini juga terdapat ukiran bermotif floral. Bentuk jendela persegi empat dengan bagian pengisi jendela berupa kayu berulir yang dipasang secara vertikal.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KATA DAN ISTILAH BETAWI PINGGIR (Bagian Pertama A - G)

  Dalam rangka melafalkan tulisan dengan benar, pada daftar kata dan istilah dibawah ini, penulisannya menggunakan tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Sebagai contoh adalah huruf vokal e. Dalam huruf e disini dibedakan antara e pepet dan e taling . Pada e pepet tanpa ditandai apa-apa, sedangkan e taling ditandai dengan sebuah garis miring ke kiri ( grave ) è. Adapun contoh bentuk pelafalannya sebagai berikut: e pepet : g e rah, s e rah t e rima e taling: m è rah, ikan l è l è   A Abing                                        habis Aer                            ...

KISAH RAMBUTAN RAPI'AH

Semua penduduk Jakarta atau khususnya Jakarta Selatan pastilah mengenal yang namanya buah rambutan. Akan tetapi tahukah mereka, bahwasanya pu’un dan buah rambutan dijadikan lambang dari kota administrasi Jakarta Selatan. Kalo kagak percaya coba aja longok ke depan  gedong  kantor walikota Jakarta Selatan di jalan Prapanca Raya, Kebayoran Baru. Di depan gedung tersebut kita bisa lihat ada gambar burung nangkring  diatas buah rambutan. Menurut isi Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1422/1997, gambar burung yang terdapat pada lambang kota Jakarta Selatan itu adalah burung gelatik, sedangkan jenis rambutannya ialah rambutan rapiah. Surat Keputusan yang dikeluarkan pada tahun 1997 tersebut merupakan sebuah penetapan terhadap lambang Kota Administratif Jakarta Selatan. Lambang tersebut memiliki bentuk perisai lima. Di dalam perisai  terdapat gambar fauna dan flora khas dari Jakarta Selatan. Burung Gelatik diambil sebagai mewakili faunanya, sedangkan untuk...

KATA DAN ISTILAH BETAWI PINGGIR (Bagian Kedua H - N)

  Dalam rangka melafalkan tulisan dengan benar, pada daftar kata dan istilah dibawah ini, penulisannya menggunakan tanda diakritik. Tanda diakritik adalah tanda tambahan pada huruf yang mengubah nilai fonetis huruf tersebut. Sebagai contoh adalah huruf vokal e. Dalam huruf e disini dibedakan antara e pepet dan e taling . Pada e pepet tanpa ditandai apa-apa, sedangkan e taling ditandai dengan sebuah garis miring ke kiri ( grave ) è. Adapun contoh bentuk pelafalannya sebagai berikut: e pepet : g e rah, s e rah t e rima e taling: m è rah, ikan l è l è   H Habeg                                      menghabiskan makanan secara lahap   I Ikan ayam                       ...