BLOK M: Sekilas Cerita di Masa Lalu


Di lintas melawai remaja-remaja dalam dunianya
Asyik ngeceng pakai mobil mewah, senyum genit yang dibuatnya
Di lintas melawai muda-mudi selalu pasang aksi
Asyik dengan lagak dan gayanya, acuh tak peduli siapa

Mereka asyik bercanda ria, saling senyum tegur dan sapa
Glamourmu para remaja tanpa dibebani problema


Demikian sebagian lirik lagu JJS Lintas Melawai yang ngetop pada dekade 80an. Dalam lagu itu dilukiskan tentang aktivitas anak-anak muda terutama di Jakarta Selatan saat itu. Gairah muda yang ingin ekspresinya diperhatikan.

Lain dengan anak muda zaman now yang jikalau ingin eksis dengan segala bentuk ekspresinya, tinggal posting melalui gadget. Anak muda zaman old lain lagi ceritanya. Mereka itu butuh semacam ruang publik untuk mengekspresikan jiwa mudanya. Dan tempat favorit untuk melampiaskannya adalah di kawasan Blok M, terutama di jalan Melawai Raya. Seperti yang digambarkan dalam lagu yang populer dinyanyikan oleh Hari Moekti tersebut.    

Sedari awal pembangunan kotabaru Kebayoran atau Kebayoran Baru, kawasan Blok M dirancang sebagai pusat bisnis dan komersil. Maka tak salah jikalau cikal bakal tempat keramaian di Jakarta Selatan ini khususnya, ada di sini. 

****

Tepat di bagian tengah wilayah Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kawasan Blok M berada. Di titik pertemuan beberapa ruas jalan utama. Sebelah utara dibatasi Jalan Trunojoyo, bagian timur Jalan Sultan Hasanuddin dan Jalan Sultan Iskandarsyah, di sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Melawai Raya, dan Jalan Sisingamangaraja merupakan batas bagian barat.

Blok M merupakan salah satu blok, dari 19 Blok (Blok A hingga Blok S) dalam rencana pembangunan Kebayoran Baru yang dimulai sejak tahun 1948. Pada perencanaan awal kotabaru Kebayoran ini, kawasan Blok M dipersiapkan sebagai tempat komersil atau pusat pasar.

Perancangan wilayah Blok M sebagai tempat komersil atau pusat pasar ditunjang oleh rencana mendirikan bangunan-bangunan pertokoan di beberapa persil atau kavling. Pendirian bangunan toko-toko tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya yakni ada yang berukuran besar dan sedang. 

Kavling-kavling untuk toko yang berukuran besar didirikan di Jalan Sultan Hasanuddin dan Jalan Falatehan 1 sejumlah 62 buah toko. Toko-toko yang berukuran besar ini umumnya bertingkat dua. Mirip ruko jaman sekarang yang membedakannya adalah bentuk arsitekturnya. Sedangkan toko-toko berukuran sedang berjumlah 305, terletak di Jalan Melawai 1 hingga Jalan Melawai 9.

Bangunan yang Terdapat di Jalan Falatehan I, Blok M.

****

Pada sekitar tahun 1950an Blok M belum berkembang sebagai kawasan yang ramai. Di kawasan ini keadaannya sepi, masih berupa barisan toko. Barulah setelah tahun 1960an kawasan ini mulai berkembang menjadi ramai. Perkembangan itu ditandai dengan adanya fasilitas tambahan yang disediakan di Blok M, seperti pasar tradisional, terminal bis, dan pusat perbelanjaan.

Pasar
Kebutuhan pangan sehari-hari dari para peduduk sekitar kotabaru Kebayoran awalnya diperoleh dengan menunggu para pedagang yang lewat di dalam pemukiman. Maka dibuatlah pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi para penduduk. Dahulu orang mengenal pasar di kawasan Blok M ini dengan sebutan Pasar Melawai.

Selain di kawasan Blok M, pada saat pembangunan kotabaru Kebayoran itu juga telah direncanakan tiga buah pasar lagi. Ketiga pasar itu terletak di wilayah barat (Blok E), wilayah timur (Blok Q), dan wilayah selatan (Blok A). Pasar yang terletak di Blok E dan Blok Q, sekarang orang lebih mengenalnya dengan sebutan Pasar Mayestik dan Pasar Santa.

Terminal Bis
Adanya terminal kendaraan umum berupa biskota di kawasan Blok M tak lepas kaitannya dengan adanya pembangunan terminal terpadu yang dipusatkan di Lapangan Banteng pada akhir tahun 60an. Terminal pusat ini direncanakan akan menghubungkan ke berbagai penjuru wilayah Jakarta. Di sebelah timur di Cililitan, wilayah utara dibangun di Tanjung Priok, sebelah utara Grogol, dan wilayah selatan dibangun di kawasan Blok M.

Terminal Blok M adalah bagian dari sistem terminal terpadu tersebut. Sebelum adanya jaringan dari terminal yang berpusat di Lapangan Banteng tersebut, terminal yang ada di Blok M hanyalah berupa tempat perlintasan kendaraan umum atau bis. Setelah berdiri terminal pada sekitar tahun 1968, barulah kawasan Blok M menjadi semakin ramai. Bis-bis kota yang mengangkut penumpang dari berbagai daerah di Jakarta terutama dari wilayah sekitar Jakarta Selatan mulai bersliweran di daerah ini.

Pusat Perbelanjaan
Pada masa lebih lanjut, selain terdapat pasar tradisional di kawasan Blok M ini berdiri tempat perbelanjaan atau pun supermarket alias toko serba ada (toserba) yang lebih modern. Maka bermunculah beberapa diantaranya seperti Aldiron Plaza, Melawai Plaza, dan Pasaraya Sarinah.

Timbulnya pusat perbelanjaan yang lebih modern ketimbang pasar tradisional, bisa jadi menyebabkan kawasan Blok M menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk datang kesini. Tidak seperti layaknya pasar tradisional, pusat-pusat perbelanjaan itu bukan hanya menjual barang-barang kebutuhan. Akan tetapi juga menyediakan kenyamanan dan pelayanan yang lebih khusus bagi pengunjung.

Banyak keadaan baru ketika itu dalam kegiatan berbelanja di Blok M. Dalam hal kenyamanan misalnya, bangunan dari pusat perbelanjaan yang modern pada zamannya itu menyediakan tangga berjalan atau escalator maupun lift. Penulis masih ingat pada sekitar tahun 80an banyak anak-anak yang sering dimarahi satpam karena menjadikan lift yang ada di Aldiron Plaza sebagai mainan. Hal baru lainnya yang dikenal masyarakat pada waktu itu adalah istilah one stop shopping dan self-service, yang ada di toserba Sarinah.
 

 


 
 

Komentar

Postingan Populer