CIPUTAT YANG NYARIS JADI KAMPUS UI

Mendengar nama Ciputat mungkin tidak asing lagi terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di selatan Jakarta. Konon asal usul nama atau toponim dari Ciputat berasal dari kata Ci dan Putat. Ci yang berarti kali atau sungai (bahasa Sunda) serta Putat yakni nama sejenis pohon, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut dengan Planchonia valida. K. Heyne dalam bukunya De Nuttige Planten van Nederlandsch-Indie, menyatakan bahwa pohon Putat menghasilkan kayu dengan keawetan dan kekuatan yang cukup baik, banyak digunakan orang untuk berbagai keperluan. Kayu Putat yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 50 meter ini, berguna untuk bahan material bangunan, perabot rumah tangga dan sebagainya.

Kembali ke istilah Ci dan Putat berdasar sedikit uraiannya diatas. Jika kata Ci dan Putat itu digabung artinya, maka dapat berarti sungai yang terdapat banyak pohon putat. Begitulah kira-kira artinya.

Pada sekitar permulaan abad ini, Ciputat merupakan onderdistrict, atau salah satu bagian dari district Kebayoran. Yang selanjutnya juga masuk ke dalam wilayah resident  Meester Cornelis, afdeling Batavia. Wilayah Ciputat secara administratif maupun ekonomis merupakan salah satu bagian dari Batavia. Berdasar hal itulah, jauh sebelumnya telah ada sarana perhubungan berupa jalan yang menghubungkan daerah Ciputat dengan Batavia atau Jakarta.

Menyusuri Jalan Ciputat Raya dari arah Lebak Bulus menuju Ciputat, tepatnya Jalan H. Juanda di sekitar Cireundeu, pada sebelah kiri jalan terdapat sebuah perumahan. Layaknya perumahan kelas menengah pada umumnya yang ada di pinggiran kota Jakarta, sekilas tak ada yang istimewa. Tampak biasa-biasa saja.

Akan tetapi jika menilik dari nama perumahan tersebut, mungkin kita akan sedikit bertanya-tanya.  Di gerbang muka perumahan tersebut tertulis Komplek Universitas Indonesia berikut lambang makara bercat warna kuning. Demikianlah nama perumahan itu. Mengapa perumahan yang diperuntukkan untuk pengajar UI didirikan disitu. Berdasarkan jaraknya, jelas lokasinya terlalu jauh. Belasan bahkan berpuluh kilometer jauhnya dari Salemba atau Depok yang merupakan lokasi kampus Universitas Indonesia.


Ternyata sebelum berlokasi di Depok sejak tahun 1987, kampus Universitas Indonesia pernah direncanakan untuk dibangun di daerah Ciputat. 

*****

Pada awal tahun 60an wilayah Ciputat yang terletak di sebelah selatan kota Jakarta masih bersuasana kampung alias udik. Disana masih terhampar sangat luas kebun-kebun serta tegalan. Suasana pedesaan diperindah pula dengan adanya danau atau situ, yang sohor disebut Situ Gintung. Sudah sejak dulu daerah ini menjadi tempat orang jalan-jalan untuk bersantai.

Karena suasana tempatnya yang cocok tersebut maka pemerintah tatkala itu merencanakan proyek besar di daerah sekitar Ciputat. Dengan lahan seluas 400 hektar, pemerintah berkeinginan mendirikan kampus dari universitas terbesar di Indonesia yakni UI. Lokasi dimana kampus itu dibangun kira-kira di sekitar Situ Gintung.

(Foto Maket Rencana Pembangunan Kampus UI di Ciputat.
Sumber: Mingguan Djaja No.195)

Ketika itu proyek pembangunan membuat rancangan sebuah kampus yang ideal. Sebuah kampus berupa komplek bangunan yang tidak hanya berupa ruang-ruang untuk kuliah. Akan tetapi berikut segala sarana dan prasarana pendukungnya seperti laboratorium, perpustakaan, perumahan untuk dosen dan asrama-asrama untuk mahasiswa dan lain sebagainya. Diperkirakan apabila telah rampung, komplek kampus ini dapat menampung 50.000 orang mahasiswa serta 10.000 karyawan dan dosen. Singkatnya adalah sebuah komplek kampus yang sempurna dan terpadu di satu lokasi.

Peletakan batu pertama pembangunan Kampus Universitas Indonesia di daerah Ciputat dilakukan oleh Presiden Sukarno. Tepat pada Hari Sarjana ke-VI yakni tanggal 28 September 1965. Di hari itu pula dilakukan acara wisuda bagi para sarjana baru UI. Dalam pidatonya pada acara tersebut, Presiden Sukarno menghimbau terhadap para sarjana yang baru lulus supaya turut serta membantu pembangunan masyarakat adil dan makmur dan mengemban amanat penderitaan rakyat. Sebab menurut beliau, mereka yang berhasil menjadi sarjana hanya dimungkinkan oleh perjuangan dan penderitaan rakyat.

(Foto Presiden Sukarno Saat Tiba di Tempat Upacara Peletakan Batu Pertama
Pembangunan Kampus UI di Ciputat. Sumber: Mingguan Djaja No.195)

Acara tersebut sangat meriah. Selain dihadiri oleh banyak tamu undangan terdapat pula mahasiswa lama dan mahasiswa baru UI dengan jaket kuning-nya. Masyarakat umum baik tua, muda bahkan anak-anak berkerumunan di dekat lokasi acara. Dengan bersemangat, mereka terutama anak-anak bersorak-sorai sembari berteriak-teriak: “U-i...U-i...U-i...!!!”

*****

Seandainya boleh berandai-andai. Jika seumpamanya tidak ada peristiwa pada tanggal 30 September 1965. Empat puluh delapan jam kurang lebihnya. Selepas acara peletakan batu pertama dari rencana pembangunan kampus baru di Ciputat. Mungkin daerah Ciputat tidak seperti yang kita kenal keadaannya sekarang ini. Dari cerita diatas, kini kita cuma bisa berkata: Ciputat yang nyaris jadi kampus UI.




Komentar

Postingan Populer