BATA DI KALIBATA
Kalibata terdiri dari dua suku kata kali dan bata. Secara
definitif, kali atau sungai adalah
aliran air yang memanjang yang mengalir dari hulu hingga ke hilir. Adapun bata atau biasa disebut dengan batu
bata, merupakan salah satu jenis material bangunan pembuat dinding, dibuat dari
tanah liat yang dibakar hingga berwarna kemerahan. Dari penggabungan dua kata
itu, maka bisa berarti kali atau sungai yang pada pinggiran di sisi kiri dan
kanannya diturap dengan batu bata.
Demikian kurang lebihnya cerita yang dikisahkan orang-orang
di kampung Kalibata, sekitar Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dari pengertian
tentang kali atau sungai yang diturap dengan bata tersebut dapat pula diartikan
secara lain. Kali yang pinggirannya diturap bata tersebut merupakan sebuah
irigasi atau pengairan sawah. Jadi kesimpulannya asal usul nama kampung
Kalibata di sekitar Jagakarsa berasal dari kali atau saluran irigasi.
Kali yang merupakan saluran pengairan persawahan di pinggiran Jakarta di masa lalu tersebut
sampai sekarang masih bisa ditemukan keberadaannya. Saluran itu berada di
sepanjang salah satu sisi jalan Mohamad Kahfi II, di Jagakarsa. Merentang ke
arah utara melintas jauh hingga ke wilayah Pasar Minggu. Tepatnya di sepanjang
jalan Pasar Minggu Raya.
Cerita asal usul nama kampung Kalibata dari orang-orang
sekitar Jagakarsa itu apakah berkaitan dengan nama daerah Kalibata yang juga
terdapat di sekitar Pasar Minggu. Hal demikian itu terkait dengan penamaan
Kalibata yang mengacu pada aliran kali yang diturap dengan batu bata.
Berbicara mengenai Kalibata yang terdapat di sekitar
wilayah Pasar Minggu - lebih tepatnya Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran - orang
kebanyakan mungkin tidak mengaitkan bata sebagai bahan turap pinggiran sungai
seperti uraian di atas. Bata dimaksud berkaitan dengan merek produk serta pabrik
sepatu “Bata” yang terdapat di wilayah ini.
*****
Kisah
keberadaan sepatu Bata di Indonesia terutama di Jakarta, dapat ditelusuri sejak
puluhan tahun yang lalu. Bermula dari usaha pembuatan sepatu yang dilakukan oleh
seorang yang bernama Thomas Jan Bata di Cekoslowakia. Selanjutnya usaha
pembuatan sepatu itu dilanjutkan oleh anaknya yakni Thomas Bata. Seiring
berjalannya waktu usaha sepatu yang semula hanya berskala kecil kemudian
berkembang menjadi perusahaan sepatu yang terkenal di dunia pada masanya.
(Tomas Jan Bata - Berdiri di Tengah - Ketika Mengunjungi Batavia. Sumber: Doenia Film dan Sport 15 Djanuari 1932. Koleksi Perpustakaan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail) |
Pembukaan toko sepatu milik Tomas Bata di Batavia dilakukan pada
tahun 1930. Letak toko sepatu itu di jalan Postweg
Noord dekat daerah Pasar Baru. Dari nama belakang sang pengusaha sepatu
inilah, orang kebanyakan dapat mengenal sepatu merek “Bata” yang mula-mula
dijual eceran di toko tersebut.
Mendapat tanggapan yang cukup baik dari masyarakat luas
disini maka Tomas Bata berencana membangun sebuah pabrik sepatu di daerah Jakarta.
Dari pabrik sepatu yang akan dibangun itu diharapkan dapat menghasilkan lima
ribu pasang sepatu setiap minggunya.
Setelah melalui pertimbangan yang panjang hingga diputuskan
untuk mendirikan lokasi pabrik sepatu “Bata” di daerah Kalibata dengan luas
kurang lebih 300 hektar. Di lokasi ini dahulunya merupakan sebuah tanah
partikelir Kalibata yang banyak ditanami pohon karet. Dekat dari situ terdapat
stasiun kereta api Duren (kini disebut stasiun Duren Kalibata) serta sungai
Ciliwung yang membatasi tanah partikelir itu di sebelah timur.
Bukan kah kalibata bersesuain dengan pengendapan limbah pabrik bata dengan sebutan kali bata?
BalasHapusMungkin juga
Hapusga ada foto areal pabrik Bat'a di Kalibata dari tahun 70-an ?
BalasHapusNggak ada
Hapus