Bisa jadi, Anda baru saja meneguk segelas air jernih untuk diminum tanpa berpikir dua kali. Tapi bagi sebagian besar penduduk di kota-kota, momen sederhana itu adalah kemewahan, atau setidaknya sebuah perjuangan sehari-hari. Di balik gemerlapnya metropolitan Jakarta, tersembunyi sebuah ironi besar. Salah satu pusat peradaban modern ini ternyata masih bergulat hanya untuk memastikan setiap rumah tangga punya akses ke kebutuhan hidup paling dasar, yaitu air bersih. Air bersih – kata kunci sederhana yang menyimpan kerumitan masalah yang luar biasa. Di tengah denyut nadi perkotaan, air bersih bukan lagi semata-mata kebutuhan, melainkan pula urat nadi utama kehidupan. Bayangkan Jakarta, kota metropolitan yang tak pernah tidur, tempat jutaan mimpi dan kegiatan kehidupan berkumpul. Tanpa air bersih yang memadai, semua itu akan lumpuh. Ironisnya, cepatnya pertumbuhan penduduk Jakarta bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi hal tersebut membawa kemajuan, di sisi lain membebani sumber daya ...
Kali Pesanggrahan. Pikiran apa yang terlintas di benak Anda mengenainya? Bagi warga Jakarta, Depok, dan Tangerang, nama sungai ini mungkin familiar didengar, kerapkali disangkutkan dengan berbagai cerita tentang peristiwa banjir atau padatnya permukiman di tepiannya. Namun, di segala kisahnya itu, Kali Pesanggrahan adalah urat nadi sejarah dan geografis yang membentang melintasi tiga provinsi besar. Bayangkan saja, sungai ini mempunyai panjang sekitar 65 kilometer. Alirannya bermula dari dataran tinggi di Kabupaten Bogor. Dari titik hulunya itu, ia menempuh perjalanan jauh, membelah banyak wilayah, seperti: Depok (melalui Bojonggede, Sawangan, dan Limo); Jakarta Selatan dan Jakarta Barat (melintasi Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Kebon Jeruk, dan Kembangan); Hingga akhirnya berakhir di hilirnya yakni Tangerang, Banten, menuju kawasan Cengkareng. Kali Pesanggrahan di Perbatasan Depok dan Jakarta (Dok. Pribadi) Kali Pesanggrahan adalah saksi bisu, mengalir melewati berbagai wajah peradaban...