PETOGOGAN: Menelusuri Asal Usul Nama Tempat di Jaksel

 

Area yang diperuntukkan sebagai pemakaman banyak ditemukan di wilayah Jaksel. Dari sekian banyak diantaranya. Salah satunya terdapat di ujung jalan kecil wilayah Kebayoran Baru. Pemakaman Kumpi Togog.

Lalu, apa perlunya kita ngomongin soal makam atau kuburan?

Eits, sebentar dulu. Tahukah Anda, disitu ada sebuah kuburan tua yang dianggap sebagai cikal bakalnya nama salah satu kelurahan yang ada di Kebayoran Baru. Petogogan namanya.


Petogogan Kebayoran Baru

Daerah yang disebut dengan Petogogan, kini merupakan nama kelurahan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Secara administratif wilayah kelurahan Petogogan dibatasi oleh Jalan Wolter Monginsidi di utara; Jalan Joko Sutono dan Jalan Wijaya I di sebelah barat. Serta sebagian lainnya di timur, berada di pinggiran Kali Krukut.

Ada suatu hal menarik manakala kita menelisik asal usul, mengapa daerah atau tempat ini disebut Petogogan. Hal demikian dikaitkan dengan sebuah makam tua yang tidak jauh dari wilayah kelurahan Petogogan.

Kurang lebih tiga ratus meter arah selatan Taman Ayodya Barito, tepatnya di Jalan Kramat Pela III, pemakaman seluas lebih dari 7000 meter persegi berada. Satu yang menarik adalah di tengah areal pemakaman terdapat sebuah makam tua, yang dipercayai merupakan makam Kumpi Togog.


(Makam Kumpi Togog Kebayoran Baru, Foto Pribadi)

Konon menurut cerita orang-orang sekitar. Cikal bakalnya sebutan daerah Petogogan berasal dari nama seorang yang disebut dengan Kumpi Togog. Lalu, siapakah Kumpi Togog?

Menurut sebagian kalangan masyarakat sekitar, Kumpi Togog adalah nama lain dari Syekh Sobir. Semasa hidupnya beliau dipercaya sebagai pendakwah agama Islam di sekitar kawasan selatan Jakarta. Hal yang demikian itu sesuai dengan sebutan “syekh” yang disematkan pada diri beliau. Di masyarakat, umum diketahui bahwa gelar atau sebutan “syekh” digunakan untuk para mubaligh keturunan Arab atau ulama-ulama besar dan ahli agama Islam.


Petogogan dalam Catatan Masa Lalu

Ada beberapa dokumentasi berupa peta maupun laporan pemerintah kolonial Belanda tempo dulu, yang mencatat perihal daerah yang disebut Petogogan di Batavia. Jakarta sekarang ini. Menariknya, dalam peta Batavia en Omstreken tahun 1914 tertulis nama daerah Petogogan dan Pela Petogogan. Dalam peta tersebut kawasan yang disebut Petogogan terletak di sisi sebelah barat Kali Krukut. 


(Peta Batavia en Omstreken 1914)

Petogogan atau Pela Petogogan dalam catatan tertulis, dahulunya merupakan sebuah tanah partikelir. Secara administratif, termasuk ke dalam afdeeling Meester Cornelis, Keresidenan Batavia.

Regeerings Almanak van Nederlandsch-Indie tahun 1865, menyebutkan bahwasanya pemilik dari tanah partikelir ini adalah seorang keturunan Arab. Said Aloewi bin Oemar Shatin namanya. Seperti umumnya tanah partikelir pada kala itu, yang dikelola sebagai lahan persawahan atau perkebunan. Tanah pertikelir Pela Petogogan menghasilkan padi, kacang, buah pala serta rumput untuk pakan ternak.

Selanjutnya, dalam Bijdragen tot de taal-, land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indie yang diterbitkan pada tahun 1869, telah mencatat perihal tanah partikelir ini. Pela Petogogan memiliki luas area kurang lebih seratus hektar, yang dihuni oleh 1590 jiwa. Mayoritas penghuninya tersebut merupakan kalangan pribumi dengan jumlah 1582. Selebihnya merupakan penghuni dari kalangan Tionghoa dan Arab. 


Komentar

Postingan Populer