MONUMEN DAN PATUNG DIRGANTARA DI PANCORAN

 

Perempatan itu merupakan simpangan Jalan M.T Haryono serta Jalan Soepomo dan Jalan Raya Pasar Minggu. Tepat di titik tengah perempatan inilah menjulang tinggi tiang melengkung tempat berdirinya patung atau voodstuk. Di voodstuk itu bertengger sebuah patung. Sosok patung digambarkan sebagai laki-laki gagah perkasa berotot kawat bertulang besi seolah ingin terbang melesat ke angkasa raya.

Ya, itulah Monumen dan Patung Dirgantara. Salah satu monumen dan patung terkenal yang ada di kota Jakarta. Boleh jadi karena letaknya di daerah Pancoran, masyarakat umum lalu lebih mengenalnya dengan sebutan Patung Pancoran.

Bukanlah sesuatu yang kebetulan bahwasanya monumen dan patung didirikan di perempatan daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Di kawasan ini pada sekitar dekade 1960an merupakan semacam daerah terpadu dalam aspek kedirgantaraan. Sekitar kawasan pernah ada Markas Besar Angkatan Udara yang kini menjadi bangunan perkantoran. Berjarak sekitar enam kilometer ke arah timur terdapat Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah.

****

Istilah atau kata “monumen” agaknya sudah seringkali kita mendengarnya. Dari asal usulnya, kata “monumen” berasal dari bahasa Latin “monere” yang memiliki makna “mengingat”. Umumnya monumen disangkutpautkan dengan suatu bangunan ataupun patung.

Bangunan atau patung tersebut dibuat biasanya untuk mengenang, memuliakan, serta merayakan peristiwa penting dan seseorang yang dianggap pahlawan misalnya. Terkait dengan fungsi dari suatu monumen itulah, Monumen dan Patung Dirgantara didirikan.  

Pendirian Monumen dan Patung Dirgantara tak lepas kiranya dengan cita-cita Bung Karno membangun bangsa pada masa pemerintahannya. Salah satu cita-cita tersebut adalah menjadikan bangsa Indonesia berjaya di dunia kedirgantaraan.

Acapkali Bung Karno menyerukan dalam pidatonya, bahwa untuk menyatukan suatu bangsa yang besar, berupa ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, cara berpikir “kedirgantaraan” di abad ke-20 akan menjadi kenyataan. Melalui cara yang demikian itulah bangsa Indonesia akan dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri serta memberi sumbangsih untuk kehidupan seluruh bangsa di dunia.

Semangat dan cita-cita bangsa Indonesia di bidang kedirgantaraan itulah yang diperlambangkan melalui pendirian Monumen dan Patung Dirgantara alias Patung Pancoran.

****

Pendirian Patung Dirgantara (Sumber: Mingguan Djaja, 1967)

Monumen dan Patung Dirgantara dibuat dari bahan logam berupa perunggu dengan berat lebih dari 10 ton serta memiliki tinggi sekitar 11 meter. Berdiri di atas puncak beton berupa voodstuk melengkung yang mencapai ketinggian kurang lebih 30 meter.

Patung yang berukuran sangat besar ini dikerjakan pada tahun 1964 hingga 1965 oleh sebuah tim pematung dari Jogjakarta dibawah pimpinan Edhi Sunarso. Adapun untuk teknik pengecorannya dikerjakan oleh tim arsitek dibawah kendali Ichnadis Kardono.  

Konstruksi dari potongan-potongan patung itu dikerjakan di daerah Jogjakarta. Setelah rampung kemudian direkonstruksi sekaligus dipuncak kaki patung atau voodstuk yang berupa lengkungan setinggi sekitar 30 meter itu.

Anggota tim pematung yang diketuai oleh Edhi Sunarso terdiri dari 6 orang mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonsia. Sedangkan tim pengecoran dibawah kendali Ichnadis Kardono beranggota 14 orang (Mingguan Djaja, 1967).


Komentar

Postingan Populer