ASAL USUL JALAN PEJAGALAN DI JAKARTA PUSAT
Sedikitnya ada tiga tempat di Jakarta
yang dinamai dengan pejagalan. Tempat-tempat
yang dinamai dengan pejagalan yang dikenal itu berupa
kampung atau kelurahan hingga seruas jalan raya. Salah satu jalan yang dinamai
dengan pejagalan yakni terletak di
Jakarta Pusat. Tepatnya di Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kecamatan Sawah Besar.
Di Kelurahan Manggadua Selatan
Jakarta Pusat, selain terdapat nama Jalan Pejagalan ditemukan pula nama Jalan
Jembatan Merah. Terkesan menyeramkan nama jalan itu. Memang benar seram
karena berkaitan dengan kegiatan penyembelihan atau jagal. Bisa jadi, sebutan
Jembatan Merah akibat adanya darah hewan yang dijagal mengalir ke saluran air dibawahnya.
Dahulu di sekitar kedua jalan itu berdiri
sebuah bangunan rumah pemotongan hewan alias tempat jagal atau pejagalan.
*****
Sebagai kota besar yang berdiri sejak
beratus tahun lalu. Jakarta merupakan tempat berlangsungnya aktivitas
sosial-ekonomi. Dari aspek ekonomi, di kota ini bukan hanya sebagai tempat
bertemunya pedagang dan konsumen sebagai pengguna produk. Melainkan terdapat
berbagai jenis usaha produksi dan jasa. Salah satu bidang jasa yang berkembang
sejak dahulu di kota Jakarta adalah Rumah Pemotongan Hewan.
Hingga tahun 1930-an ada sekitar sembilan
tempat jagal di Batavia dan sekitarnya. Sebagian besar tempat jagal atau pejagalan menggunakan kebiasaan lama
yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang baik. Atas alasan itulah maka
dibangun sebuah pusat rumah pemotongan hewan yang modern pada masa itu. Bersih
dan higienis.
Diperkirakan pusat rumah pemotongan
hewan ini mampu memotong 36.000 ekor hewan tiap tahunnya. Lokasi dimana rencana
pembangunan pusat pemotongan hewan tersebut terletak di sekitar aliran kanal
Gunung Sahari.
Pusat pemotongan hewan yang menelan
dana sekitar 340.000 gulden ini terdiri
dari beberapa bangunan. Masing-masing bangunan itu merupakan sarana pendukung
dari keseluruhan aktivitas di dalam komplek. Dari mulai bangunan tempat
memeriksa hewan yang akan dipotong, tempat pemotongan, ruang pendingin untuk
menyimpan daging, hingga bangunan untuk memusnahkan daging yang dianggap telah
busuk.
Bangunan Pusat Pemotongan Hewan di Jakarta Pusat (Sumber: Locale Techniek) |
Selain pertimbangan teknis dalam
mendirikan bangunan-bangunan pendukung pada rumah pemotongan hewan yang baru
ini. Ada beberapa pertimbangan non-teknis yang diberlakukan pula. Salah satu
pertimbangan non-teknis tersebut ialah arah hadap bangunan untuk memotong hewan
haruslah menghadap barat atau kiblat.
Keseluruhan pekerjaan pembangunan
komplek rumah pemotongan hewan ini dikeroyok
oleh tiga perusahaan kontraktor. Pengerjaan kontruksi rangka baja dan atap
dilakukan oleh Lindeteves Stokvis. Pengerjaan bangunan selanjutnya oleh
perusahaan NEDAM. Adapun untuk pengerjaan instalasi ruang pendingin dikerjakan
oleh perusahaan Gebr. van Swaay.
Komentar
Posting Komentar