Langsung ke konten utama

Postingan

MASJID AL-ANWAR DI ANGKE #bangunancagarbudayajakarta

Di wilayah Jakarta Barat ada satu kampung tua. Kampung Angke namanya. Seiring dengan perkembangan waktu, nama kampung tersebut saat ini dijadikan nama sebuah kelurahan, yakni Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora. Nama kampung Angke diduga telah disebut orang semenjak abad ke-16. Hal itu berhubungan dengan kisah Babad Banten serta kitab Purwaka Caruban Nagari yang   terkait dengan tokoh bernama Tubagus Angke. Salah seorang yang gigih melawan penjajah Belanda kala itu. Versi lainnya menyatakan bahwa nama kampung Angke berkaitan dengan pembantaian orang-orang Cina oleh pihak Belanda sekitar abad 18. Dalam peristiwa ini banyak mayat bergeletakkan di segala tempat. Sebagian dari mayat-mayat itu terapung-apung di aliran sungai. Akibat dari banyaknya darah dan bangkai manusia, air sungai menjadi bau. Dalam istilah orang Cina keadaan seperti itu disebutnya dengan Angke . Dalam buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta terbitan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, kata atau se...

14 GUBERNUR JENDERAL HINDIA BELANDA DI MANGGARAI

Sekitar tahun 1918 Staatspooren Tremwegen (SS) yang merupakan cikal bakal perusahaan kereta api, membangun stasiun Manggarai berikut fasilitas pendukungnya. Salah satu dari fasilitas tersebut adalah membangun komplek perumahan yang diperuntukkan bagi para karyawan. Komplek perumahan yang terletak di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan ini selain terdapat bangunan-bangunan rumah, sekolah, taman, terdapat pula fasilitas berupa ruas-ruas jalan. Menariknya adalah ada 14 nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dijadikan nama pada ruas-ruas jalan di dalam komplek perumahan ini. **** Stasiun Kereta Api Manggarai, Jakarta Selatan Tempat dimana stasiun Manggarai berada dilingkungi oleh rumah-rumah penduduk maupun komplek rumah dinas perkeretaapian. Saat ini lingkungan perumahan yang masih rindang oleh rerimbunan pohon di pinggiran jalan tersebut tampak sesak dan kotor. Akan tetapi dibalik kesan kumuh itu masih terlihat citra unik dari deretan rumah-rumah bergaya tempo doelo...

PAL: Penanda Jalan dan Toponim Daerah di Jakarta

Kata pal berasal dari bahasa Belanda yakni paal   yang berarti tiang, patok, atau tonggak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pal dimaknai sebagai tonggak batu sebagai tanda jarak, antara tonggak satu dengan tonggak lainnya yang berjarak 1,5 km. Namun demikian, sebutan dari kata pal , bagi masyarakat Jakarta khususnya, lebih sering mengaitkannya dengan penamaan suatu daerah atau jalan. Tersebutlah nama-nama daerah atau jalan, seperti misalnya Pal Merah, Pal Putih, Pal Batu, Pal Tujuh, Pal Meriam . Pembaca bisa mengartikannya sendiri bukan? Dari nama-nama daerah atau jalan yang diawali dengan kata pal itu, Pal Merah dan Pal Putih bisa diartikan sebagai patok atau tonggak yang berwarna merah dan berwarna putih. Pal Batu merupakan patok yang terbuat dari bahan batu. Pal Tujuh merupakan patok atau pal ke-7 dari deretan patok atau tonggak jalan yang menuju ke Bogor. Terakhir, konon dipercaya bahwa sebuah meriam dijadikan sebagai patok atau tonggak sebagai penanda jalan...