ASAL-USUL KAMPUNG KUNINGAN JAKARTA

Dari nama sebutannya “Kuningan”, mungkin sebagian besar orang akan menghubungkannya dengan suatu daerah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Ternyata tidak juga. Nama daerah “Kuningan” terdapat pula di Jakarta. 

Pabila nama daerah “Kuningan” yang ada di Jakarta, dan dihubung-hubungkan dengan yang ada di Jawa Barat, ini ada kisahnya. Konon menurut cerita orang-orang tua dahulu, nama “Kuningan” yang terdapat di Jakarta berasal dari nama seorang pangeran yang berasal dari Kabupaten Kuningan, wilayah Cirebon, Jawa Barat. 

****

Kampung Kuningan kini secara administratif terbagi menjadi Kelurahan Kuningan Timur dan Kuningan Barat. Kawasan yang terletak di Jakarta Selatan ini merupakan salah satu daerah elit bisnis dan perekonomian. 

Ruas Jalan Gatot Subroto membelah dua kelurahan ini ke dalam dua kecamatan. Wilayah Kelurahan Kuningan Timur masuk ke dalam Kecamatan Setiabudi, adapun Kuningan Barat tercakup dalam Kecamatan Mampang Prapatan .

Penyebutan nama Kuningan yang ada di Jakarta berkaitan dengan awal mula dari masyarakat yang menghuni daerah tersebut. Berdasarkan tutur kisah orang-orang tua atau cerita rakyat, kampung tersebut memiliki nilai historis tersendiri

Dalam riwayat atau kisah tersebut, Kuningan berasal dari julukan seorang pangeran yang datang dari daerah Kabupaten Kuningan, wilayah Cirebon Jawa Barat. Dia juga dikenal sebagai  Datuk Nawang, sedangkan nama aslinya dari Cirebon adalah Adipati Cangkwang.

Beliau hijrah ke Sunda Kelapa (kini Jakarta) dari tempat asal dalam kapasitasnya sebagai seorang panglima tentara Kuningan. Sebagai panglima beliau turut serta bahu membahu bersama dengan pasukan Demak serta Cirebon yang dipimpin Fatahillah untuk menaklukkan Sunda Kelapa dari tangan kekuatan Portugis kala itu.


Makam Pangeran Kuningan di Jakarta Selatan (Foto: Koleksi Pribadi)

Terkait dengan kisah perjuangan Fatahillah bersama-sama Adipati Cangkwang menaklukan Sunda Kelapa (Jakarta), terdapat pada cerita Purwaka Tjaruban Nagari sebagai berikut:

“Bala tentara Patege tiba membawa berbagai senjata, berhenti di pelabuhan Sunda Kelapa. Beberapa lamanya dihujani dengan serangan yang sengit oleh Ki Fadillah dan Pangeran Tjarbon. Yang menjadi panglima orang Patege yaitu Prangko Bule, orangnya tinggi kekar. Pertempuran dahsyat Dipati Tjangkwang mundur ke belakang melihat tentara Patege membawa senjata besar yang mengeluarkan api dan asap hitam, sedang bunyinya seperti Guntur menggelegar. Bumi goyang seperti dilanda gempa. Meskipun demikian balatentara Demak-Tjarbon menyerbu dengan gagah berani, memukul tentara kafir. Orang-orang Patege semuanya lari menuju perahu mereka, berteriak-teriak ketakutan, banyak yang luka-luka dan yang terbunuh. Si Bule tidak berani meneruskan pertempuran. Karena kalah dalam pertempuran itu, maka tentara kafir itu melarikan diri kembali ke negeri Paseh.”


****

Seusai tentara gabungan Demak-Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah menaklukkan Sunda Kelapa, sejak itulah Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta (yang saat ini menjadi Jakarta). Para pangeran serta adipati yang telah membantu Fatahillah tersebut kembali ke daerah Cirebon, kecuali Pangeran Cangkwang atau Pangeran Kuningan.

Bersama dengan para pengikutnya, beliau memilih untuk menetap dan mendirikan perkampungan di selatan wilayah Jayakarta, di suatu tempat yang terletak dekat pinggiran Kali Krukut. Hingga akhir hayatnya. 

Lokasi perkampungan tersebut kini dikenal dengan nama Kuningan. Tempat dimana Pangeran Kuningan dimakamkan terletak di belakang gedung Menara Telkom, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.


Komentar

Postingan Populer