"PONDOK" SEBAGAI NAMA DAERAH: Dari Labu Hingga Cabe
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwasanya kata pondok bermakna sebagai bangunan tempat tinggal sementara. Secara
etimologis kata pondok oleh beberapa
pendapat diketahui berasal dari bahasa Arab yakni funduq. Funduq berarti
tempat untuk menginap seperti hotel, motel, losmen dan sebagainya.
Bukan hanya dikenal
dalam bahasa Arab, pada kamus bahasa Jawa Kuno terdapat pula kata yang mengacu
pada sebutan pondok, yakni amondok, yang berarti mendirikan tempat
bernaung untuk sementara waktu atau berkemah. Dalam kamus bahasa Sunda (pondok) berarti tempat untuk menginap.
Sedangkan dalam bahasa Jawa (pŏndŏk),
memiliki arti rumah kecil untuk istirahat.
****
Nampaknya
suatu daerah banyak mencantumkan kata “pondok” di depan namanya. Dalam buku Alfabetisch Register van de Administratieve-(Bestuur-) en
Adatrechtelijke Indeeling van Nederlandsch-Indie yang terbit pada tahun
1931 telah mencatat di wilayah
Batavia (Jabotabek) setidaknya ada belasan wilayah atau desa yang menggunakan
kata “pondok” di depan namanya.
Nama-nama desa yang tertera dalam buku laporan tersebut diantaranya adalah Pondok Aren,
Pondok Kelapa, Pondok Labu, Pondok Ungu, Pondok Pinang, Pondok Pucung, Pondok
Ranji, Pondok Rangon, Pondok Sambi, Pondok Soga, Pondok Tengah, Pondok Cabe
Ilir, dan Pondok Cabe Udik.
****
Pada suatu
kesempatan saya berbincang dengan Haji Chaerudin yang lebih dikenal banyak
orang dengan panggilan Babe Idin.
Dikelilingi suasana teduh dari rindangnya pepohonan di Hutan Kota Sangga Buana.
Sungguh mengasyikan kongkow sambil ngopi di tempatnya beristirahat.
Sebagai tokoh pelestari lingkungan hidup, banyak cerita yang dituturkannya.
Bukan hanya tentang pengalamannya merawat dan melestarikan lingkungan tetapi
juga cerita rakyat atau folklore yang
berkait dengan sejarah dan tradisi di daerah dimana beliau menetap.
Ada yang
cukup menarik manakala beliau menuturkan tentang asal usul nama daerah atau
toponimi. Dia bercerita tentang suatu tempat yang dikenal sebagai Pondok Labu
dan Pondok Cabe di bagian selatan Jakarta. ”Pondok Labu dan Pondok Cabe itu nggak ada hubungannya sama buah labu dan
pu’un Cabe”, demikian pendapatnya
tentang asal nama kedua daerah tersebut.
Agak surprised juga perasaan saya ketika beliau menyatakan versi lain
tentang asal nama kedua tempat yang disebutkan itu. Dalam buku-buku yang
mengulas tentang toponimi atau asal usul nama daerah di Jakarta, kata “Labu”
yang tertera dalam penamaan daerah Pondok Labu dianggap mengacu pada buah labu
– dalam bahasa Latin Cucurbitaceae,
tumbuhan suku labu-labuan. Adapun
Pondok Cabe dikaitkan dengan tumbuhan cabe (Capsicum
frutescens L).
Peta Daerah Pondok Labu dan Pondok Cabe Tahun 1914. Sumber: maps.library.leiden.edu |
“Harusnya
disebut Pondok Labuh dan Pondok Cape, karena orang salah sebut atau gimana
gitu, ya jadi nyebutnya Pondok Labu
dan Pondok Cabe kayak yang dikenal
orang kebanyakan sekarang ini”, demikian lebih lanjut penuturan Babe Idin. Mungkin
kata anak jaman now disebut typo. Bisa jadi, orang Belanda jaman dahulu
salah tulis dalam catatan administratif.
Kata Labuh dan Capek dari penamaan kedua daerah itu berkaitan dengan aktivitas
perekonomian serta transportasi melalui sungai atau kali sebagai sarana
penunjangnya pada masyarakat jaman dulu. Sebagai catatan, dari segi geografis
kedua daerah tersebut memang relatif dekat dengan dua sungai yang melaluinya. Dengan
kata lain dekat dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). Kedua sungai itu adalah
Sungai Pesanggrahan dan Sungai Krukut.
“Dulu kalo orang mau ngelanjutin
perjalanan atau berlabuh lewat sungai ada tempatnya disebut Pondok Labuh”,
ujarnya. Lebih lanjut dia berkata,”Nah…kalo Pondok Capek itu tempat orang
istirahat abis capek mondar-mandir ngelewatin sungai”.
****
Apapun versi
orang tentang cerita suatu daerah atau toponim, baiknya ditanggapi wajar saja.
Lebih penting dari hanya mempersoalkan perbedaan versi itu adalah melalukan
penelitian lebih lanjut. Syukur-syukur bisa menemukan data dan bukti pendukung
yang dianggap ilmiah. Demikian…
Komentar
Posting Komentar