KAMPUNG BANDAN


Nama Kampung Bandan sepertinya cukup kondang dikenal masyarakat Jakarta. Daerah tersebut masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Di Kampung Bandan inilah terletak sebuah masjid yang memiliki makam keramat di dalamnya. Selain makam yang dikeramatkan, ada tiga buah makam kuno yang dipercaya berkaitan dengan asal usul nama dari Kampung Bandan.

*****

Resminya, masjid itu bernama Masjid Jami Al-Mukkaromah Maqam Keramat Kampung Bandan. Terletak persis di pinggir Jalan Lodan Raya. Bercat warna hijau dengan hiasan kaligrafi merupakan hiasan gerbang utama komplek bangunan masjid. Di dalam komplek bangunan yang dikelilingi pagar tembok terdapat beberapa bangunan selain bangunan masjid itu sendiri. Rumah pengurus masjid, TPA, toko makanan ada dalam komplek masjid itu. Masjid ini didirikan oleh Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syatrhi pada 1789. Pembangunannya masjid tak hanya sampai disitu. Kelanjutan pembangunan masjid diteruskan oleh putranya yang bernama Habib Alwi bin Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri pada 1913 dan selesai tahun 1917.

Masjid Jami Al Mukkaromah Maqam Keramat Kampung Bandan
Foto Koleksi: Sri Murjani

Bangunan masjid yang telah dijadikan Bangunan Cagar Budaya oleh pemerintah DKI Jakarta ini, nyaris tak tampak lagi sisa-sisa kekunoaannya jika dilihat dari luar. Perluasan serta renovasi terhadap bangunan masjid menyebabkan perubahan tersebut. Perluasan dan renovasi masjid dilakukan pertama kali pada tahun 1947 dan berlanjut pada tahun 1980 serta tahun 2000. Walaupun demikian masih ada sisa bagian asli dari bangunan masjid. Denah atau struktur bangunan asli berbentuk persegi empat dan berukuran sekitar 20 X 20 meter. Denah tersebut memiliki dinding berbentuk relung dengan tiang berjumlah sembilan.

Pada sisi utara dinding tersebut terdapat empat buah makam keramat. Mirip seperti maksurah makam keramat itu dibatasi oleh pagar besi setinggi pinggang orang dewasa. Tiga makam diantaranya tertutup kain hitam dengan tulisan kaligrafi arab berwarna keemasan. Disitu dimakamkan Habib Mohammad bin Umar Alqudsi (wafat pada 1118 Hijriyah), Habib Ali bin Abdurrahman Ba’alwi (1122 H), dan Habib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syathri (1326 H).

Peziarah di Makam Keramat Kampung Bandan
Foto Koleksi: Sri Murjani
*****

Satu hal yang menarik adalah tiga buah makam di serambi bangunan masjid bagian selatan yang membujur kea rah utara-selatan. Dua makam memiliki nisan dengan bentuk trapezium bersayap, sedangkan satunya lagi nisannya berbentuk silindrik atau gada.  Tiga buah makam yang terletak di serambi sebelah selatan ini kemungkinan besar berkaitan dengan asal mula nama Kampung Bandan. Tak ada yang mengetahui dengan pasti siapakah tokoh yang dimakamkan tersebut.

Menurut keterangan pengurus masjid, Habib Alwi bin Alwi Asy-Syathri, bahwasanya ketiga makam tersebut erat kaitannya dengan orang-orang yang bermukim terlebih dahulu sebelum adanya bangunan masjid ini. Penduduk tersebut kemungkinan berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Dari nama daerah asal yakni kepulauan Banda itulah hingga sekarang, daerah dimana bangunan masjid berdiri disebut dengan Kampung Bandan.

Ada sedikit tambahan cerita dari Habib Alwi yang berhubungan dengan tiga buah makam kuno diatas. Katanya, “Pernah ada orang yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku yang berziarah di makam keramat Kampung Bandan ini. Setelah memperhatikan bentuk nisan yang ada di serambi selatan tersebut mirip sekali dengan nisan-nisan kuno yang terdapat di daerahnya, yakni Banda.” Sambil terdiam sejenak beliau melanjutkan ceritanya, “Orang yang berziarah itu yakin bahwa ada kaitannya daerah Kampung Bandan dengan daerah asalnya di Banda, Maluku.”  

Berkaitan dengan daerah yang disebut dengan Kampung Bandan, dalam buku Historical Sites of Jakarta, Adolf Heuken berpendapat bahwasanya daerah tersebut merupakan tempat dimana banyak penduduk yang berasal dari Banda, Maluku. Mereka adalah orang-orang buangan dari Banda ke Batavia yang dilakukan oleh J.P Coen sang Gubernur Jenderal Batavia pertama, pada awal abad 17. Di Batavia mereka menetap dan mendirikan perkampungan. Seiring berjalannya waktu, tempat atau daerah ini dikenal dengan sebutan Kampung Bandan. Hingga kini entah nanti.



Komentar

Postingan Populer